Saint faire

Pengolahan Pangan dan Ilmu Pangan

Thursday, July 27, 2017

Laporan Praktikum Pengolahan Pangan Blansir







I. BLANSING

A. Pre-lab

1.     Apa yang dimaksud dengan blansing? Jelaskan pula tujuan blansing!
Blansing adalah pemanasan pendahuluan yang harus dilakukan sebelum proses pembekuan, pengeringan, dan pengalengan (Sahubawa dan Ustadi, 2014).
Tujuan utama blansing yaitu menginaktifan  enzim  diantaranya  enzim  peroksidase  dan  katalase, membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah mikroba dalam bahan, mengeluarkan  atau   menghilangkan   gas-gas   dari   dalam   jaringan   tanaman,   sehingga mrngurangi  terjadinya  pengkaratan  kaleng, memperbaiki warna produk, memantapkan warna hijau sayur-sayuran dan melayukan  atau  melunakkan  jaringan  tanaman,  agar  memudahkan  pengisian  bahan  ke dalam wadah serta (Effendi S, 2012)

2.     Ada berapa metode blansing? Sebut dan jelaskan!
Blansing dengan air panas (Hot Water Blanching): Metode  blansing  ini  hampir  sama  dengan  proses  perebusan.  Metode  ini  cukup  efisien, namun memiliki kekurangan yaitu kehilangan komponen bahan pangan yang mudah larut dalam air serta bahan yang tidak tahan panas (Estiasih T, 2016).
Blansing dengan uap air panas (Steam Blanching): Blansing dengan metode ini sering diterapkan. Metode ini mengurangi kehilangan komponen yang tidak tahan panas dan larut air (Asgar dan Musaddad, 2008).
Blansing dengan gas panas (Hot gas blanching): menggunakan udara panas. Perbedaan blansing menggunakan udara panas dengan blanching menggunakan steam adalah kandungan air pada medianya. Pada blansing dengan udara panas, udara yang digunakan adalah udara kering yang dipanaskan, sedangkan pada steam blansing, udara yang digunakan masih mengandung air (Ahmadi dan Estiasih T, 2009).
Blansing dengan gelombang mikro (Microwave blanching): metode ini menggunakan gelombang mikro (infrared) untuk inaktivasi enzim. Namun dalam industri metode ini belum digunakan karena biaya yang tinngi (Reyes dkk, 2016).

3.     Apa keuntungan dan kelemahan masing-masing metode blansing?
Blansing dengan air panas (Hot Water Blanching)
Keuntungan: Dapat ditambahkan bahan-bahan lain yang dibutuhkan, seperti garam, asam sitrat, bikarbonat, dan CACl2. Memiliki biaya operasional rendah.
Kelemahan: Kehilangan komponen bahan pangan atau zat gizi yang larut air (vitamin, protein, KH  gula sederhana, pigmen, dan mineral), Jumlah mikroba termodurik tidak bisa dikurangi (Ahmadi dan Estiasih T, 2009).
Blansing dengan uap air panas (Steam Blanching)
Keuntungan: Kehilangan komponen larut air menjadi berkurang, Volume limbah menjadi berkurang, Mudah dibersihkan dan disterilisasi.
Kelemahan: Membutuhkan pencucian dan kehilangan berat bahan (Reyes, 2016)
Blansing dengan gas panas (Hot gas blanching)
Keuntungan: Penggunaan gas panas untuk proses blansing telah diteliti karena dapat

mengurangi kehilangan bahan akibat pelarutan (leaching) dan mengurangi limbah cair.
Kelemahan: pada proses blansing dapat terjadi pengeringan pada bagian permukaan bahan dan adanya oksigen dapat menyebabkan proses oksidasi, serta biaya operasionalnya lebih tinggi dari metode lain (Reyes, 2016)
Blansing dengan gelombang mikro (Microwave blanching)
Keuntungan: Penggunaan gelombang mikro (infrared) merupakan proses dengan panas minimal namun menghasilkan produk bermutu tinggi, dapat mengurangi kehilangan bahan akibat pelarutan (leaching) dan mengurangi limbah cair.
Kelemahan: biaya yang terlalu tinggi (Reyes, 2016)











Analisa Prosedur
Analisa Prosedur Water Blansing dan Steam Blansing
Pada praktikum kali ini digunakan dua metode blanching, yaitu water blanching dan steam blanching. Water blanching adalah perlakuan pendahuluan dengan memasukkan bahan kedalam air yang sudah dipanaskan dengan suhu kurang dari 100˚C, sedangkan steam blanching hanya menggunakan uap air yang dipanaskan.
Langkah awal sebelum melakukan blanching adalah preparasi bahan. Alat yang digunakan antara lain color reader, penetrometer, panci, steamer, termometer, kompor gas, timbangan analitik dan stopwatch. Kegunaan dari color reader adalah untuk mengukur warna dalam pengujian agar diketahui terjadi perubahan warna atau tidak selama proses berlangsung. Penetrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekstur dari suatu bahan agar diketahui terjadi perubahan atau tidak selama proses berlangsung. Panci digunakan untuk mendidihkan air selama proses water blanching. Steamer digunakan untuk mengukus bahan selama proses steam blanching berlangsung. Termometer digunakan untuk mengukur suhu air selama proses blanching berlangsung. Kompor gas digunakan untuk merebus air selama proses. Timbangan analitik digunakan untuk menimbang berat bahan sebelum dan sesudah proses berlangsung dan stopwatch digunakan untuk timer waktu proses blanching berlangsung. Bahan yang digunakan selama proses adalah buncis, kentang, apel, ubi ungu, nanas dan serbuk natrium metadisulfit. Kegunaan dari natrium metadisulfit adalah untuk menginaktifkan enzim dan mencegah terjadinya reaksi browning dengan mengikat fenol oleh natrium metadisulfit.
Setelah bahan dan alat sudah disiapkan, kemudian dimasukkan air 600ml masing-masing ke dalam panci untuk steam blanching dan water blanching, kemudian dipanaskan dan sesekali ukur suhu agar tidak lebih dari 100˚C (85˚C). Setelah suhu air pas, dimasukkan sampel apel, ke dalam panci steam dan tutup, tunggu selama 2 menit. Dilakukan hal yang sama pada water blanching (tanpa ditutup). Setelah 2 menit, matikan api dan tunggu beberapa saat, kemudian ambil bahan dari dalam panci dan simpan didalam plastic, diambil air secukupnya dan dimasukkan dalam plastic yang berbeda, beri label agar tidak tertukar. Kemudian dimasukkan air 600ml masing-masing ke dalam panci untuk steam blanching dan water blanching, kemudian dipanaskan dan sesekali ukur suhu agar tidak lebih dari 100˚C (85˚C). Setelah suhu air pas, dimasukkan sampel nanas, ke dalam panci steam dan tutup, tunggu selama 2 menit. Dilakukan hal yang sama pada water blanching (tanpa ditutup). Setelah 2 menit, matikan api dan tunggu beberapa saat, kemudian ambil bahan dari dalam panci dan simpan didalam plastic, diambil air secukupnya dan dimasukkan dalam plastic yang berbeda, beri label agar tidak tertukar. Setelah itu, dimasukkan air 600ml masing-masing ke dalam panci untuk steam blanching dan water blanching, kemudian dipanaskan dan sesekali ukur suhu agar tidak lebih dari 100˚C (85˚C). Setelah suhu air pas, dimasukkan sampel kentang, ke dalam panci steam dan tutup, tunggu selama 2 menit. Dilakukan hal yang sama pada water blanching (tanpa ditutup). Setelah 2 menit, matikan api dan tunggu beberapa saat, kemudian ambil bahan dari dalam panci dan simpan didalam plastic, diambil air secukupnya dan dimasukkan dalam plastic yang berbeda, beri label agar tidak tertukar.  Kemudian dimasukkan air 600ml masing-masing ke dalam panci untuk steam blanching dan water blanching, kemudian dipanaskan dan sesekali ukur suhu agar tidak lebih dari 100˚C (85˚C). Setelah suhu air pas, dimasukkan sampel kentang, ke dalam panci steam dan tutup, tunggu selama 2 menit. Dilakukan hal yang sama pada water blanching (tanpa ditutup). Setelah 2 menit, matikan api dan tunggu beberapa saat, kemudian ambil bahan dari dalam panci dan simpan didalam plastic, diambil air secukupnya dan dimasukkan dalam plastic yang berbeda, beri label agar tidak tertukar. Setelah itu, dimasukkan air 600ml masing-masing ke dalam panci untuk steam blanching dan water blanching, kemudian dipanaskan dan sesekali ukur suhu agar tidak lebih dari 100˚C (85˚C). Setelah suhu air pas, dimasukkan sampel ubi ungu, ke dalam panci steam dan tutup, tunggu selama 2 menit. Dilakukan hal yang sama pada water blanching (tanpa ditutup). Setelah 2 menit, matikan api dan tunggu beberapa saat, kemudian ambil bahan dari dalam panci dan simpan didalam plastic, diambil air secukupnya dan dimasukkan dalam plastic yang berbeda, beri label agar tidak tertukar. Terakhir, dimasukkan air 600ml masing-masing ke dalam panci untuk steam blanching dan water blanching, kemudian dipanaskan dan sesekali ukur suhu agar tidak lebih dari 100˚C (85˚C). Setelah suhu air pas, dimasukkan sampel buncis, ke dalam panci steam dan tutup, tunggu selama 2 menit. Dilakukan hal yang sama pada water blanching (tanpa ditutup). Setelah 2 menit, matikan api dan tunggu beberapa saat, kemudian ambil bahan dari dalam panci dan simpan didalam plastic, diambil air secukupnya dan dimasukkan dalam plastic yang berbeda, beri label agar tidak tertukar. 
Setelah apel diambil dari panci, diukur tekstur melalui uji sensoris, dirasakan seperti apa tekstur bahan, bagaimana kenampakan visual warna bahan dan air. Setelah itu sampel dibawa ke penetrometer untuk diuji teksturnya, dicatat hasil yang terlihat di penetrometer. Indicator negative atau positif yang terlihat pada penetrometer tidak mempengaruhi hasil sampel, hanya untuk mengetahui seberapa gaya yang digunakan untuk menekan bahan atau mengangkat bahan. Kemudian ambil sampel nanas, diukur tekstur melalui uji sensoris, dirasakan seperti apa tekstur bahan, bagaimana kenampakan visual warna bahan dan air. Setelah itu sampel dibawa ke penetrometer untuk diuji teksturnya, dicatat hasil yang terlihat di penetrometer. Indicator negative atau positif yang terlihat pada penetrometer tidak mempengaruhi hasil sampel, hanya untuk mengetahui seberapa gaya yang digunakan untuk menekan bahan atau mengangkat bahan. Setelah itu, sampel kentang diukur tekstur melalui uji sensoris, dirasakan seperti apa tekstur bahan, bagaimana kenampakan visual warna bahan dan air. Setelah itu sampel dibawa ke penetrometer untuk diuji teksturnya, dicatat hasil yang terlihat di penetrometer. Indicator negative atau positif yang terlihat pada penetrometer tidak mempengaruhi hasil sampel, hanya untuk mengetahui seberapa gaya yang digunakan untuk menekan bahan atau mengangkat bahan. Dilanjutkan sampel ubi ungu diukur tekstur melalui uji sensoris, dirasakan seperti apa tekstur bahan, bagaimana kenampakan visual warna bahan dan air. Setelah itu sampel dibawa ke penetrometer untuk diuji teksturnya, dicatat hasil yang terlihat di penetrometer. Indicator negative atau positif yang terlihat pada penetrometer tidak mempengaruhi hasil sampel, hanya untuk mengetahui seberapa gaya yang digunakan untuk menekan bahan atau mengankat bahan. Terakhir, sampel buncis diukur tekstur melalui uji sensoris, dirasakan seperti apa tekstur bahan, bagaimana kenampakan visual warna bahan dan air. Setelah itu sampel dibawa ke penetrometer untuk diuji teksturnya, dicatat hasil yang terlihat di penetrometer. Indicator negative atau positif yang terlihat pada penetrometer tidak mempengaruhi hasil sampel, hanya untuk mengetahui seberapa gaya yang digunakan untuk menekan bahan atau mengangkat bahan.
Setelah selesai di penetrometer, sampel apel dibawa ke meja yang sudah ada alat pembaca warna atau color reader. Pada color reader sampel diukur L, a, dan b nya. L untuk kecerahan, a untuk kemerahan dan b untuk kekuningan. Sampel tidak boleh didekatkan terlalu dekat dengan color reader karena akan mempengaruhi sensor dan mempengaruhi hasil uji. Selain itu sampel juga harus diletakkan diatas yang putih agar tidak terjadi bias, sampel di cek melalui 3 sisi untuk mewakili keseluruhan sampel. Dicatat L.a.b yang terlihat. Kemudian sampel nanas dibawa ke meja yang sudah ada alat pembaca warna atau color reader. Pada color reader sampel diukur L, a, dan b nya. L untuk kecerahan, a untuk kemerahan dan b untuk kekuningan. Sampel tidak boleh didekatkan terlalu dekat dengan color reader karena akan mempengaruhi sensor dan mempengaruhi hasil uji. Selain itu sampel juga harus diletakkan diatas yang putih agar tidak terjadi bias, sampel di cek melalui 3 sisi untuk mewakili keseluruhan sampel. Dicatat L.a.b yang terlihat. Setelah itu, sampel kentang dibawa ke meja yang sudah ada alat pembaca warna atau color reader. Pada color reader sampel diukur L, a, dan b nya. L untuk kecerahan, a untuk kemerahan dan b untuk kekuningan. Sampel tidak boleh didekatkan terlalu dekat dengan color reader karena akan mempengaruhi sensor dan mempengaruhi hasil uji. Selain itu sampel juga harus diletakkan diatas yang putih agar tidak terjadi bias, sampel di cek melalui 3 sisi untuk mewakili keseluruhan sampel. Dicatat L.a.b yang terlihat. Kemudian dilanjutkan sampel ubi ungu dibawa ke meja yang sudah ada alat pembaca warna atau color reader. Pada color reader sampel diukur L, a, dan b nya. L untuk kecerahan, a untuk kemerahan dan b untuk kekuningan. Sampel tidak boleh didekatkan terlalu dekat dengan color reader karena akan mempengaruhi sensor dan mempengaruhi hasil uji. Selain itu sampel juga harus diletakkan diatas yang putih agar tidak terjadi bias, sampel di cek melalui 3 sisi untuk mewakili keseluruhan sampel. Dicatat L.a.b yang terlihat. Terakhir, sampel buncis dibawa ke meja yang sudah ada alat pembaca warna atau color reader. Pada color reader sampel diukur L, a, dan b nya. L untuk kecerahan, a untuk kemerahan dan b untuk kekuningan. Sampel tidak boleh didekatkan terlalu dekat dengan color reader karena akan mempengaruhi sensor dan mempengaruhi hasil uji. Selain itu sampel juga harus diletakkan diatas yang putih agar tidak terjadi bias, sampel di cek melalui 3 sisi untuk mewakili keseluruhan sampel. Dicatat L.a.b yang terlihat.
Setelah sampel dilakukan uji tekstur dan pembacaan warna, kemudian menguji air hasil steam blanching dan water blanching dari sampel apel menggunakan color reader, air dalam plastic harus dialaskan kertas putih agar tidak terjadi bias, kemudian di cek dari 3 sisi untuk mewakili sampel. Dicatat hasil yang terlihat. Kemudian, menguji air hasil steam blanching dan water blanching dari sampel nanas menggunakan color reader, air dalam plastic harus dialaskan kertas putih agar tidak terjadi bias, kemudian di cek dari 3 sisi untuk mewakili sampel. Dicatat hasil yang terlihat. Setelah itu, menguji air hasil steam blanching dan water blanching dari sampel kentang menggunakan color reader, air dalam plastic harus dialaskan kertas putih agar tidak terjadi bias, kemudian di cek dari 3 sisi untuk mewakili sampel. Dicatat hasil yang terlihat. Kemudian menguji air hasil steam blanching dan water blanching dari sampel ubi ungu menggunakan color reader, air dalam plastic harus dialaskan kertas putih agar tidak terjadi bias, kemudian di cek dari 3 sisi untuk mewakili sampel. Dicatat hasil yang terlihat. Terakhir, menguji air hasil steam blanching dan water blanching dari sampel buncis menggunakan color reader, air dalam plastic harus dialaskan kertas putih agar tidak terjadi bias, kemudian di cek dari 3 sisi untuk mewakili sampel. Dicatat hasil yang terlihat.






C. Tabulasi Data dan Pembahasan Hasil Praktikum
C.1. Pengamatan kuantitatif
C.1.1 Water blanching (Tekstur dan Warna Bahan)
·         Kontrol
Bahan
Tekstur (Penetrometer)
Warna (Color Reader)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Nanas
8,3 N

-
-
-
Buncis
19,2 N
-
-

-
Apel
47,2 N
-

-
-
Ubi Ungu
45,4 N
-
L=42,67
A=+9,67
B=-1,03
L=42,67
A=+9,67
B=-1,03

·         Perlakuan Blansing
Bahan
Tekstur (Penetrometer)
Warna (Color Reader)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Nanas + Natrium Bisulfit
-
7,2 N
L= 75,33
A=-1,93
B=+31,6
L= 74,13
A= -4,83
B=+34,33
Nanas
8,3 N
7,3 N
L= 76,4
A= -1,9
B=+33
L= 71,97
A= -5,37
B=+33,03
Buncis + Natrium Bisulfit
-
12,6 N
L= 60,97
A=-7,47
B=+17,3
L= 52,53
A=-12,13
B=+18,4
Buncis
19,2 N
10,7 N
L= 59,27
A= 10,17
B= +20,37
L=53,9
A=-16,63
B=+24,97
Apel
47,2 N
15 N
L= 68,93
A= +3,9
B=+29,5
L= 64,1
A=+0,53
B=+29,7
Apel + Natrium Bisulfit
-
14,1 N
L=68,87
A=+2,83
B=+29,3
L= 68,2
A=-1,77
B=+29,8
Ubi Ungu
10,8 N
12,1 N
L=68,93
A= +9,67
B=-1,03
L= 42,93
A=+3,80
B=+4,57





Pertanyaan:
1.    Jelaskan bagaimana perbandingan tekstur bahan antara kontrol dengan perlakuan water blanching !
Kekuatan tarik atau tensile strenght digunakan untuk mengukur besarnya gaya yang dicapai untuk mencapai tekanan maksimum pada satuan luas area sehingga pada percobaan ini pengukuran kekuatan tarik digunakan untuk mengukur tekstur bahan secara kuantitatif (Purwanti A, 2010).
Tekstur buah apel yang digunakan sebagai sebagai sampel kontrol jika diukur dengan penetrometer sebelum dan sesudah memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 47,2 N. Buah apel yang melalui perlakuan water blansing sebelum dilakukan perlakuan memiliki nilai sebesar 47.2 N dan setelah dilakukan proses perlakuan water blasing memiliki nilai sebesar 15 N. Sedangkan tekstur setelah blansing dengan penambahan natrium bisulfit menjadi 15 N, yang artinya apel yang dilakukan perlakuan metode water blansing menjadi lebih lunak.
Kemudian tekstur ubi ungu yang digunakan sebagai sebagai kontrol jika diukur dengan penetrometer sebelum dan sesudah memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 45,4 N. Ubi ungu yang melalui perlakuan water blansing sebelum dilakukan perlakuan memiliki nilai sebesar 10,8 N dan setelah dilakukan proses perlakuan water blasing memiliki nilai sebesar 12,1 yang artinya ubi ungu yang dilakukan perlakuan metode water blansing menjadi lebih keras.
Pada sampel nanas, tekstur nanas yang digunakan sebagai sebagai kontrol jika diukur dengan penetrometer sebelum dan sesudah memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 8,3 N. Nanas yang melalui perlakuan water blansing sebelum dilakukan perlakuan memiliki nilai sebesar 8,3 N dan setelah dilakukan proses perlakuan water blasing memiliki nilai sebesar 7,3. Sedangkan tekstur setelah blansing dengan penambahan natrium bisulfit menjadi 7,2 N, yang artinya nanas yang dilakukan perlakuan metode water blansing menjadi lebih lunak.  
Tekstur buncis yang digunakan sebagai sebagai kontrol jika diukur dengan penetrometer sebelum dan sesudah memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 19,2 N. Buncis yang melalui perlakuan water blansing sebelum dilakukan perlakuan memiliki nilai sebesar 19,2 N dan setelah dilakukan proses perlakuan water blasing memiliki nilai sebesar 10,7 N. Sedangkan tekstur setelah blansing dengan penambahan natrium bisulfit menjadi 12,6 N yang artinya nanas yang dilakukan perlakuan metode water blansing menjadi lebih lunak.
Pada sampel atau bahan dengan perbedaan perlakuan kontrol dan water blansing seluruhnya memiliki perbedaan tekstur kecuali pada ubi ungu yang mengalami kenaikan gaya tekstur menjadi lebih keras. Sampel yang dilakukan perlakuan water blansing memiliki tekstur yang lebih lunak dibandingkan dengan sampel yang dilakukan perlakuan control. Hal tersebut dikarenakan sebagaian besar air masuk kedalam bahan yang akan menyebabkan ikatan antar partikel bahan menjadi semakin renggang sehingga daya tarik partikel akan lemah dan mengakibatkan tekstur menjadi lunak. Hal tersebut juga dikarenakan pelarutan protopektin dan pektin (Estiasih, 2009).



  1. Jelaskan bagaimana perbandingan warna bahan antara kontrol dengan perlakuan water blanching !
Perbedaan nilai yang ditunjukkan oleh color reader menunjukkan perbedaan warna pada  sampel yang dilakukan pada perlakuan water blansing tanpa penambahan natrium bisulfit. Pada sampel nanas, ubi ungu, buncis dan apel  penurunan nilai pada nilai L, dan nilai a menurun baik pada water blansir tanpa natrium bisulfit dan dengan penambahan natrium bisulfit, namun  terjadi peningkatan nilai pada nilai b. Secara visual dapat dilihat perubahan perubahan kecil yang terjadi, pada umumnya bahan setelah dilakukan blansir menjadi lebih cerah apalagi dengan penambahan natrium bisulfit. Perubahan warna pada sampel tersebut terjadi karena degradasi pigmen yang dimiliki oleh sampel yang larut didalam air (Estiasih, 2009).

  1. Bahan manakah yang paling banyak mengalami perubahan warna? Jelaskan penyebabnya!
Bahan yang paling banyak mengalami perubahan warna terjadi pada buncis. Terlihat dari hasil pengamatan dimana warna buncis sebelum proses water blansing berwarna hijau pucat dan setelah proses water blansing warna menjadi hijau pudar. Hal ini disebabkan karena buncis memiliki klorofil dimana klorofil dapat terdegradasi menjadi feotin yang berwarna kuning hijau sehingga akan terjadi perubahan warna dari hijau ke hijau agak kekuningan ketika proses blansing pada bahan yang memiliki klorofil dilakukan (Kusuma, 2015).


  1. Bahan manakah yang paling terlihat mengalami perubahan tekstur? Mengapa terjadi perubahan tekstur?
Hampir semua mengalami perubahan tekstur yang sama, tetapi hanya sampel ubi ungu yang mengalami perubahan tekstur menjadi lebih keras setelah proses perlakuan blansing. Sebenarnya buncis kandungan pektin pada apel dan buncis cukup tinggi sekitar 13%-15%. Kandungan pektin yang cukup tinggi dapat menyebabkan lebih banyaknya komponen pektin yang larut air sehingga tekstur bahan akan semakin melunak (Koswara S. 2009).


  1. Jelaskan bagaimana tekstur bahan dengan penambahan Na-bisulfit dan dengan tanpa Na-bisulfit?
Penambahan Na-metabisulfat pada perlakuan water blanching menyebabkan perubahan yang signifikan pada tekstur bahan. Bahan yang sebelumnya tidak ditambahkan Na-metabisulfat tidak begitu lunak teksturnya, namun setelah dilakukan water blanching dan ditambahkan Na-metabisulfat terkstur bahan menjadi lebih lunak karena Na-metabisulfat membantu pemecahan dinding sel dan mengikat air masuk ke dalam sel.





C.1.2 Water Blanching (Warna Air dan Berat Bahan)
·         Kontrol
Bahan
Berat (g)
Penyusutan
(%)
Sebelum
Sesudah
Nanas
4
4
0%
Buncis
10
10
0%
Apel
5
5
0%
Ubi Ungu
4
4
0%

Perhitungan :


·         Perlakuan
Bahan
Warna Air
(Color Reader)
Berat (g)
Penyusutan
(%)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Apel+Natrium Bisulfit
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L= 49,1
A=-1,9
B=+1,59
7,85
7,90
-0,64%
Apel
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=46,7
A=-3,07
B=-0,63
7,72
7,74
-0,26%
Nanas+Natrium Bisulfit
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=76,33
A=-0,23
B=-1,87
9,16
8,36
8,73%
Nanas
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=66,3
A=-1,63
B=-2,2
6,78
6,09
10,18%
Buncis+Natrium Bisulfit
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=61,3
A=+0,33
B=+0,23
1,48
1,45
2,03%
Buncis
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=56,3
A=-2,6
B=+0,1
1,28
1,27
0,78%
Ubi Ungu
L=28,43
A=-2,50
B=-0,47
L=46,63
A=-0,73
B=-1,13
4
5
-25%
Perhitungan :
Penyusutan = (berat sebelum – berat sesudah) / berat sebelum x 100%






Pertanyaan:
  1. Jelaskan bagaimana perbandingan berat bahan antara kontrol dengan perlakuan water blanching !
Pada sampel apel, dan ubi ungu tidak mengalami penyusutan akan tetapi mengalami penaikan berat bahan setelah terjadi proses water blansing. Kenaikan berat bahan ini disebabkan adanya penyerapan air selama proses water blansing berlangsung. Proses penyerapan air ini berlangsung secara osmosis yaitu air berpindah dari bagian dengan konsentrasi air tinggi ke bagian konsentrasi air lebih rendah, dalam hal ini adalah potongan ubi dan apel (Soedjono dkk, 2015).
Pada sampel nanas dan buncis mengalami penyustan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan sebagaian besar air masuk kedalam bahan dan mengikat air yang ada didalam bahan sehingga berat bahan menyusut (Estiasih, 2009).

  1. Bahan manakah yang menyebabkan perubahan warna air yang paling banyak? Jelaskan penyebabnya!
Yang mengalami perubahan air paling banyak yaitu pada buncis. Hal tersebut terjadi karena buncis memiliki banyak pingmen warna hijau atau klorofil, dan memiliki sifat yang larut dalam air sehingga pada saat perlakuan water blansing akan ikut terlarut (Estiasih, 2009), sehingga air bekas proses water blansing akan tercampur dengan pigmen klorofil yang dimiliki oleh buncis dan tampak memiliki banyak perbedaan warna.
Perbedaan warna tersebut juga dapat diketahui dari pengukuran menggunakan color reader, kenaikan nilai L dan a dari air bekas water blansing pada buncis sebelum dilakukan proses water blansing dan setelah dilakukan proses water blansing mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan untuk nilai b, yang artinya terjadi penambahan intensitas warna pada air sisa water blansing dan penurunan warna kuning pada bahan.


  1. Mengapa terjadi perubahan berat pada bahan yang diproses dengan metode water blanching?
Hal tersebut dikarenakan sebagaian besar air masuk kedalam bahan sehingga berat bahan akan lebih berat (Estiasih, 2009). Perubahan berat bahan akibat water blansing terjadi karena adanya kehilangan komponen senyawa larut air sehingga jika ditimbang akan menyusut. Namun hal itu hanya berlaku pada bahan yang banyak mengandung senyawa larut air. Proses pemanasan juga akan menyebabkan rusaknya membrane sitoplasma dan menyebabkan cairan dalam sel hilang, sehingga terjadi difusi solute dari dalam sel keluar sel. Ada juga bahan yang akan meningkat beratnya setelah melewati proses blansing karena terjadi pemecahan granula-granula yang kemudian akan mengikat air.


  1. Bahan mana yang mengalami perubahan berat paling rendah? Apa penyebabnya?
Bahan yang mengalami perubahan berat paling rendah yaitu pada buncis yang memilki perbedaan sebesar 0.01 g dari berat awal. Hal tersebut disebabkan karena buncis memilki struktur yang keras  namun lunak didalam sehingga membuat komponen-komponen dan struktur pada buncis mudah mengalami pelunakan.
C.1.3 Steam Blanching (Tekstur dan Warna Bahan)
·         Kontrol
Bahan
Tekstur (Penetrometer)
Warna (Color Reader)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Nanas
8,3 N

-
-
-
Buncis
19,2 N
-
-

-
Apel
47,2 N
-

-
-
Ubi Ungu
45,4 N
-
L=42,67
A=+9,67
B=-1,03
L=42,67
A=+9,67
B=-1,03


·         Perlakuan
Bahan
Tekstur (Penetrometer)
Warna
(Color Reader)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Nanas
-16,1
-3,8
L=74,3
A=-2,2
B=+27,4
L=57,9
A=-5,2
B=+22,2
Buncis
-30,0
-15,5
L=60,9
A=-9,6
B=+22,3
L=51,1
A=-14,9
B=+21,7
Apel
-41,1
-6,1
L=68,5
A=+2,0
B=+24,2
L=64,2
A=-0,8
B=+30,3
Ubi ungu
38,5
20,1
L=45,53
A=+11,97
B=0,13
L=42,96
A=0,6
B=1,2

Pertanyaan:
  1. Jelaskan bagaimana perbandingan tekstur bahan antara kontrol dengan perlakuan steam blanching !
Setelah dilakukan steam blanching pada sampel, semua sampel (Nanas, Buncis, Apel, dan Uni Ungu) mengalami perubahan tekstur menjadi lebih lunak. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran dengan menggunakan penetrometer. Perbedaan nilai yang ditunjukkan oleh penetrometer ini menunjukkan perbedaan tekstur kekerasan atau kerenyahan dalam produk, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan oleh penetrometer menunjukkan bahwa tekstur sampel tersebut semakin lunak, hal tersebut dikarenakan penetrasi jarum penetrometer dengan sampel yang semakin dalam menunjukkan bahwa bahan tersebut bersifat lunak, sehingga memiliki nilai yang semakin besar
Pada sampel (Nanas, Buncis, Apel, dan Uni Ungu) dengan perbedaan perlakuan kontrol dan steam blansing seluruhnya memiliki perbedaan tekstur, sampel yang dilakukan perlakuan steam blansing memiliki tekstur yang lebih lunak dibandingkan dengan sampel yang dilakukan perlakuan control. Hal tersebut dikarenakan sebagaian besar air masuk kedalam bahan yang akan menyebabkan ikatan antar partikel bahan menjadi semakin renggang sehingga daya tarik partikel akan lemah dan mengakibatkan tekstur menjadi lunak. Hal tersebut juga dikarenakan pelarutan protopektin dan pektin (Estiasih, 2009).

  1. Jelaskan bagaimana perbandingan warna bahan antara kontrol dengan perlakuan steam blanching !
Cara mengukur warna pada suatu sempel dalam praktikum ini menggunakan alat bernama  color reader, warna sampel diukur dan digambarkan dengan L.a.b. Pengukuran alat ini dinyatakan dengan nilai kecerahan  (L*), kemerahan (a*) dan kekuningan (b*) Pada semua sampel terjadi penurunan nilai L dan nilai a setelah steam blanching terjadi. Pada Nanas dan Buncis terejadi penurunan nilai b, tetapi tidak dengan sampel Apel dan Ubi Ungu yang justru nilai b naik.

  1. Mengapa terjadi perubahan tekstur pada bahan yang diproses dengan steam blanching?
Umumnya perubahan tekstur bahan setelah melewati proses steam blansing terjadi karena kerusakan sel akibat pemanasan. Terdenaturasinya protein juga menyebabkan perubahan fisik dan biokimiawi sehingga tekstur berubah. Pada proses steam blansing tekanan turgor menurun dan menyebabkan kerusakan jaringan bahan sehingga umumnya tekstur akan melunak. Jika yang terjadi adalah kebalikannya atau tekstur bahan mengeras, kemungkinan steam blansing kurang benar. Kelunakan tekstur bahan juga terjadi akibat berkurangnya aktivitas enzim didalam sel (Estiasih, 2009).
Pada proses steam blanching semakin lama waktu yang dibutuhkan maka tekstur bahan akan menjadi semakin lunak. Hal tersebut disebabkan ikatan antar partikel bahan menjadi semakin renggang sehingga daya tarik partikel akan lemah dan mengakibatkan tekstur menjadi lunak. Sehingga perlu diperhitungkan waktu yang digunakan pada proses steam blansir pada 850C agar tidak terjadi kerusakan tekstur yang terlalu berlebih (Pratiningsih,2009).

  1. Dibandingkan water blanching, bagaimana perubahan tekstur akibat steam blanching?  Mengapa demikian?
`Steam blansing akan lebih dapat mempertahankan tekstur dibandingkan water blansing. Karena pada proses steam blansing tidak ada medium cair yang menghantarkan panas. Medium cair disini tidak kontak langsung dengan bahan sehingga lebih lambat menginaktivasi enzim yang berarti perubahan tekstur terjadi lebih lambat pula. Pemanasan dengan uap tidak akan didapatkan hasil yang merata sehingga kerusakan sel hanya terjadi pada bagian-bagian tertentu (Estiasih, 2009).






  1. Mengapa terjadi perubahan warna bahan yang diproses dengan steam blanching?
Beberapa faktor yang mengakibatkan perubahan warna bahan akibat steam blanching hampir sama  dengan water blanching antara lain, akibat degradasi pigmen pada bahan oleh pemanasan. Pigmen yang terkandung dalam bahan akan rusak jika dipanaskan karena memicu proses oksidasi. Hal tersebut umumnya akan mengakibatkan bahan yang awalnya berwarna cerah menjadi pucat atau tidak segar. Selain itu aktivitas enzim juga akan mempengaruhi perubahan warna, misalkan enzim fenolase yang menyebabkan browning (Estiasih, 2009).

  1. Dibandingkan water blanching, bagaimana perubahan warna bahan akibat steam blanching?
Perubahan warna yang diakibatkan oleh steam blanching tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan water blanching. Hal ini dikarenakan pada steam blanching, bahan tidak kontak langsung dengan air sebagai penghantar panas. Sehingga meminimalisir pigmen pembentuk warna larut dalam air. Sedangkan pada water blanching, terjadi kontak langsung antara bahan dan air sehingga banyak pigmen yang akan larut air mengakibatkan perubahan warna sangat mencolok. Selain itu transfer panas water blanching lebih cepat dibandingkan steam blanching sehingga perubahan warnanya terlihat begitu jelas (Estiasih, 2009).









C.1.4 Steam Blanching (Warna Air dan Berat Bahan)
Steam Blanching (Warna Air dan Berat Bahan)
·         Perlakuan
Bahan
Warna Air
(Color Reader)
Berat (g)
Penyusutan
(%)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Nanas
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=53,1
A=-5
B=+1,7
7,75
5,95
23,23
Buncis
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=47,8
A=-1,4
B=-1,5
1,41
1,33
5,67
Apel
L=51,7
A=-1,63
B=+0,2
L=30,2
A=+2,3
B=-2,1
5,74
5,38
6,27
Ubi Ungu
L=
A=
B=
L=
A=
B=



                                                                                                                  
·         Kontrol
Bahan
Berat (g)
Penyusutan
(%)
Sebelum
Sesudah
Nanas
4
4
0%
Buncis
10
10
0%
Apel
5
5
0%
Ubi Ungu
4
4
0%

Perhitungan :


  1. Jelaskan bagaimana perbandingan berat bahan antara kontrol dengan perlakuan steam blanching !
Umumnya penurunan berat bahan dikarenakan adanya kehilangan komponen dalam sel akibat pemanasan. Meskipun air yang digunakan dalam steam blansing tidak kontak langsung dengan bahan, namun dapat mengakibatkan penyusutan karena komponen dimungkinkan akan menguap (Estiasih, 2009). Nanas mengalami kehilangan berat bahan paling besar setelah steam blansir, kemudian Apel dan Buncis. Hal ini dapat terjadi karena membran sitoplasma yang melindungi bagian dalam sel bahan rusak akibat panas yang diberikan sehingga menyebabkan kehilangan tekanan turgor dan membuat kehilangan cairan dari dalam sel yang akan menurunkan berat bahan (Kusuma, 2015).



  1. Apakah terjadi perubahan warna air pada bahan yang diproses dengan steam blanching? Mengapa demikian?
Warna air sebelum dan sesudah steam blanching tidak mengalami perubahan karena tidak ada senyawa atau komponen larut air dalam bahan yang terakumulasi didalamnya. Air tidak kontak langsung dengan bahan, sehingga tidak terjadi pelarutan senyawa senyawa yang larut air dan warna air pada steam blansing tidak mengalami perubahan (Muchtadi, 2010 dan Estiasih, 2009).

  1. Bahan mana yang mengalami perubahan warna air paling banyak? Mengapa demikian
Pada praktikum ini warna air pada metode steam blansing tidak ditunjukkan. Karena metode steam blansing menggunakan uap air maka dimungkinkan hanya sedikit mengalami perubahan warna air. Tetapi kemungkinan yang mengalami perubahan warna air yaitu pada kentang, karena warna kentang lebih pucat setelah dilakukan steam blansing. Hal ini dikarenakan banyak komponen kimia dalam kentang yang mudah terdegradasi meskipun pendegradasinya hanya berupa uap air (Estiasih, 2009).

  1. Bahan apa saja yang mengalami perubahan warna? Mengapa demikian!
Semua sampel mengalami perubahan warna meskipun tidak terlalu signifikan jika diukur menggunakan color reader. Faktor yang mendasari perubahan warna yaitu degradasi pigmen pada bahan oleh pemanasan. Pigmen yang terkandung dalam bahan akan rusak jika dipanaskan karena memicu proses oksidasi. Hal tersebut umumnya akan mengakibatkan bahan yang awalnya berwarna cerah menjadi pucat atau tidak segar. Selain itu aktivitas enzim juga akan mempengaruhi perubahan warna, misalkan enzim fenolase yang menyebabkan browning (Estiasih, 2009).

5.    Bahan mana yang penyusutannya paling besar?  Mengapa demikian?
Sampel yang mengalami penyusutannya paling besar adalah Nanas dan Apel. Umumnya penurunan berat bahan dikarenakan adanya kehilangan komponen dalam sel akibat pemanasan. Meskipun air yang digunakan dalam steam blansing tidak kontak langsung dengan bahan, namun dapat mengakibatkan penyusutan karena komponen dimungkinkan akan menguap (Estiasih, 2009). Hal ini dapat terjadi karena membran sitoplasma yang melindungi bagian dalam sel bahan rusak akibat panas yang diberikan sehingga menyebabkan kehilangan tekanan turgor dan membuat kehilangan cairan dari dalam sel yang akan menurunkan berat bahan (Kusuma, 2015).











C.2. Pengamatan sensoris
C.2.1 Kontrol

Bahan
Tekstur (Kekerasan)
Warna
(Visual)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Nanas
Keras berair
Keras berair
Kuning pucat
Kuning muda cerah
Buncis
Keras
Keras
Hijau pupus
Hijau pupus
Apel
Keras
Keras
Kuning coklat
Lebih kuning coklat
Ubi Ungu
Keras
Keras
Ungu gelap
Ungu gelap

C.2.2 Water blanching

Bahan
Tekstur (Kekerasan)
Warna
(Visual)
Warna Air
(Visual)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Apel+Natrium bisulfat
Keras
Agak lunak
Kuning coklat
Kuning
Bening
Bening
Apel
Keras
Agak lunak
Kuning coklat
Kuning
Bening
Bening
Buncis
Keras
Lunak
Hijau
Hijau cerah
Bening
Bening
Buncis+Natrium bisulfit
Keras
Lunak
Hijau
Hijau cerah
Bening
Bening
Nanas
Keras
Lunak
Kuning
Kuning pucat
Bening
Bening
Nanas + Natrium bisulfit
Keras
Lunak
Kuning
Kuning pucat
Bening
Bening
Ubi ungu
Keras
Sedikit lunak
Ungu gelap
Kuning kecoklatan
Tidak berwarna
Sedikit kuning





C.2.3Steam blanching

Bahan
Tekstur (Kekerasan)
Warna
(Visual)
Warna Air
(Visual)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Apel
Keras
Lunak
Kuning coklat
Kuning cerah
Bening
Keruh
Nanas
Keras berair
Sangat lunak berair
Kuning pucat
Kuning cerah
Bening
Keruh
Buncis
Keras
Sangat lunak
Hijau pupus
Hijau cerah
Bening
Agak keruh
Ubi Ungu
Keras
Lebih lunak dan licin
Ungu gelap
Lebih gelap
Tidak berwarna
Sedikit keruh

Pertanyaan:
1.     Dari praktikum ini, metode blansing mana yang sesuai untuk bahan berikut, apa alasannya?
  1. Brokoli
Brokoli mempunyai tekstur batang yang agak keras dan banyak mengandung klorofil. Namun perlu dilakukan water blansing, karena warna yang dihasilkan dengan metode water blansing pada brokoli lebih cerah dibandingkan dengan metode steam blansing, dan tekstur pada kentang dengan metode steam blansing menjadi lunak tapi dan mendapatkan warna yang diinginka, sedangkan bila melalu perlakuan water blanching akan lebih melunak sedikit apabila dilakukan dalam waktu yang agak lama. Karena brokoli memiliki struktur yang lebih keras sehingga membuat komponen-komponen dan struktur pada brokoli lebih terjaga, selain itu dalam metode water blanching warna dari kentang tidak larut dalam air (Estiasih, 2009 dan Muchtadi, 2010).

  1. Buncis
Steam blansing, Tekstur buncis yang mulanya keras akan sedikit lebih lunak dengan metode steam blansing, sehingga tidak dihawatirkan terjadi perubahan tekstur yang terlalu dan warnanya juga lebih cerah karena pigmen dalam buncis juga tidak banyak larut di dalam air karena steam blanching tidak kontak langsung antara air dan bahan. Sehingga meminimalisir kehilangan komponen yang larut air khususnya klorofil di dalam buncis (Estiasih, 2009 dan Muchtadi, 2010).

  1. Kentang
Water blansing, karena warna yang dihasilkan dengan metode water blansing pada kentang lebih cerah dibandingkan dengan metode steam blansing, dan tekstur pada kentang dengan metode steam blansing menjadi lunak tapi berlendir, sedangkan bila melalu perlakuan water blanching akan lebih melunak sedikit apabila dilakukan dalam waktu yang agak lama. Karena kentang memiliki struktur yang lebih keras sehingga membuat komponen-komponen dan struktur pada kentang lebih terjaga, selain itu dalam metode water blanching warna dari kentang tidak larut dalam air (Estiasih, 2009 dan Muchtadi, 2010).

  1. Nanas
Steam blansing sebelum dilakukan proses lebih lanjut. Hal ini dikarenakan perubahan tekstur nanas akibat water blanching berubah menjadi lunak, namun jika di steam blanching maka teksturnya sedikit lebih lunak. Warna nanas pada metode steam blansing dan water blansing sama sama menunjukkan tingkat warna yang lebih cerah. warnanya juga lebih cerah karena pigmen dalam nanas juga tidak banyak larut di dalam air karena steam blanching tidak kontak langsung antara air dan bahan. Sehingga meminimalisir kehilangan komponen yang larut air (Estiasih, 2009 dan Muchtadi, 2010).
  1. Apel
Steam Blansing, karena apel merupakan buah yang kaya akan kandungan vitamin serta komponen gizi lain sehingga lebih cocok menggunakan steam blansing untuk menjaga komponen gizi vitamin tidak larut air. Selain itu pada industri jus ataupun sari buah apel, blansing digunakan hanya untuk mempertahankan warna (inaktivasi enzim) dan mencapai suhu awal untuk proses selanjutnya, sehingga tidak perlu adanya penambahan bahan lain pada saat blanching buah apel tersebut (Koswara, 2009.)

2.     Apa kekurangan dan kelebihan steam blanching?
Kekurangan: Tidak bisa ditambahkan bahan-bahan tertentu seperti pada blansing dengan air panas yaitu seperti penambahan bikarbonat untuk mencegah perubahan warna sayuran (Estiasih, 2014).

Kelebihan: Kehilangan komponen bahan pangan akibat pelarutan dapat dihindari. Penerapan metode IQB dapat meminimalkan kerusakan akibat proses termal tetapi tujuan blansing dapat tetap tercapai dan leaching dapat dikurangi (Estiasih, 2014).

3.     Apa kekurangan dan kelebihan water blanching?
Kekurangan: Terjadi kehilangan komponen bahan pangan yang sifatnya larut air seperti vitamin B dan C (vitamin larut air), karbohidrat seperti gula sederhana, protein larut air, pigmen dan mineral. Kelemahan lainnya yaitu air yang digunakan pada proses blansing merupakan medium pertumbuhan mikroba yang baik (Estiasih, 2014).
Kelebihan: Proses blansing dapat ditambahkan dengan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses pengolahan seperti garam atau natrium bikarbonat untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan (Estiasih, 2014








KESIMPULAN

Prinsip blansing adalah penggunaan panas yang merupakan proses pendahuluan sebelum bahan diolah lebih lanjut dengan menggunakan air panas atau uap air panas dengan suhu kurang dari 1000C. Tujuan dari blansing antara lain untuk inaktivasi enzim, mengurangi gas antar sel, memperbaiki tekstur, menurunkan jumlah mikroba awal, mempertahankan warna, dll. dalam praktikum kali ini menggunakan dua metode blansing yaitu water blanching dan steam blanching.
Faktor yang mempengaruhi yaitu sifat bahan, enzim fenolase, tujuan blansing, biaya, dan peralatan yang tersedia. Bahan seperti nanas, ubi ungu dan buncis baik digunakan dengan metode steam blansing karena tekstur tidak berubah secara signifikan selain itu warna dari bahan juga lebih menarik dan lebih cerah, sedangkan bahan apel dan brokoli baik digunakan dengan metode water blansing karena warna yang dihasilkan dengan metode water blansing lebih cerah dibandingkan dengan metode steam blansing, dan tekstur pada apel dengan metode steam blansing dan water blansing sama sama lebih lunak dari awalnya. Selain itu dalam metode water blanching warna dari brokoli tidak larut dalam air.



DAFTAR PUSTAKA

Asgar, A dan Musaddad, D.2008. Pengaruh Media, Suhu, dan Lama Blansing Sebelum Pengeringan terhadap Mutu Lobak Kering. Jurnal Hortikultura, Vol 18(1):87-94,
Effendi, S. 2012. Teknolgi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung: Alfabeta
Estiasih, Teti dan Ahmadi, Kgs. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara: Jakarta.
                                                    
Estiasih T. 2016. Blansing. Malang: Universitas Brawijaya Malang.

Reyes, J., Cavalleri, R & Joseph, R. 2016. Blanching Of Foods. Washington:Washington State University.
Sahubawa, Latif dan Ustadi. 2014. Teknologi Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Estiasih, Teti. 2014. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Koswara S. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah. (Diunduh 19 Maret 2017). Tersedia pada: http://ebook pangan.com
Kusuma. 2015. Blansing. Malang: Universitas Brawijaya
Purwanti A. 2010. Analisi Kuat Tarik dan Elongasi Plastik Kitosan Terplastisasi Sorbitol. Tekonologi. 3(2): 99-106
Soedjono dkk. 2015. Studi Awal Reverse Osmosis Tekanan Rendah Untuk Air Payau dengan Kadar Salinitas dan Suspensi Solid Rendah. Surabaya: Institus Teknologi Sepuluh November
























Laporan Praktikum Pengolahan Pangan Blansir

I. BLANSING A. Pre-lab 1.      Apa yang dimaksud dengan blansing ? Jelaskan pula tujuan blansin...