Pengolahan Pangan dan Ilmu Pangan

Sunday, July 23, 2017

Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan Penggulaan




VI. PENGAWETAN DENGAN GULA

A. Pre-lab


1.    Mengapa gula dapat mengawetkan?
Karena gula mempunyai sifat hidrofilik yang berati mampu mengikat air dengan baik. Konsentrasi tinggi gula mampu mengawetkan makanan karena kemampuannya menyerap cairan internal mikroorganisme sehingga menyebabkannya mengerut dan akhirnya mati. Ketika larutan garam atau gula konsentrasi tinggi digunakan pada makanan, makanan akan terlindung dari invasi mikroba (Fellows, 2008).
2.    Sebutkan tujuan dan fungsi pengolahan dengan gula!
Tujuan pengolahan prosuk pangan dengan gula adalah untuk menghasilkan produk dengan daya simpan lama, memiliki struktur dan tekstur tertentu seperti membentuk struktur matriks gel 3 dimensi pada selai, menaikkan nilai jual sebagai bentuk diversifikasi. Fungsi pengolahan produk pangan dengan gula supaya pertumbuhan bakteri pembusuk terhambat karena makanan yang dimasak dengan kadar sukrosa/gula pasir tinggi akan meningkatkan tekanan osmotik yang tinggi (Fellows, 2008).
3.    Jelaskan prinsip pengolahan selai buah?
Prinsip pembuatan selai secara umum adalah pemanasan campuran dari hancuran buah (buah atau jenis komoditi lainnya), pektin atau bahan pengental, gula,dan asam sehingga diperoleh struktur gel (Herman, 2009).
4.    Apa perbedaan jelly dan selai (jam)?
Selai merupakan campuran gula dengan buah / komponen buah dengan konsistensi gel / kental. Sedangkan jelly adalah makanan yang bersifat viskous / semi padat yang terbuat dari campuran yang mengandung gula yang tidak kurang dari 45%, campuran tersebut dipanaskan hingga diperoleh jelly akhir yang mengandung padatan larut tidak kurang dari 65% (Koswara, 2006) Selai atau jam adalah makanan setengah padat yang dibuat dari buah-buahan dan gula pasir dengan kandungan total padatan minimal 65%. Komposisi bahan mentahnya ialah 45 bagian buah dan 55 bagian gula. Selai atau jam dibuat dari hancuran buah-buahan. Syarat selai yang baik adalah mudah dioleskan dan mempunyai aroma dan rasa buah asli. Jelly adalah produk yang terbuat dari sari buah dan dimasak dengan gula, yang berwarna jernih, transparan dan cukup kukuh mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan dari wadah. Zat pokok yang diperlukan pada pembuatan jelly adalah pektin, gula dan asam (Utomo, 2010).
5.    Apa peran gula pada proses pengolahan selai?
Gula bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan menambah stabilitas terhadap mikroorganisme karena gula menurunkan ERH. Pada pembuatan selai atau jam, gula merupakan pengental dan pengawet alami (Buckle, et al., 2007).


B. Tinjauan Pustaka
1.    Nanas
Buah nanas selain dapat dikomsumsi dalam bentuk segar, dapat pula diolah lebih lanjut menjadi berbagai bentuk olahan antara lain; sari buah, manisan, keripik, data de pina, selai, dan lain sebagainya. Pada proses pembuatan selai, buah nanas, berfungsi sebagai bahan baku dan sumber pektin. Buah anans yang berusia muda mengandung cukup banyak pektin yang dapat membentuk tekstur serta gel pada pembuatan selai (Syahrumsyah dkk. 2010).
2.    Asam sitrat
Asam sitrat mempunyai sumber karbon utama yaitu glukosa selain itu asam sitrat termasuk salah satu asam organik yang paling penting dan diproduksi dalam tonase selama proses fermentasi. Asam sitrat dapat diproduksi secara kimiawi yaitu dengan cara fermentasi menggunakan mikroorganisme (Cahyadi, 2008). Selain sebagai bahan pengawet pada makanan, fungsi lain dari asam sitrat yaitu berfungsi sebagai bahan pengemulsi, anti oksidan, anti koagulan darah, dan pengawet pada industri makanan. Asam diperlukan pada pembuatan selai untuk menambah citarasa dan pembentukan gel. Kandungan asam bervariasi pada jenis buah-buahan dan tingkat kematangannya. Banyak buah-buahan yang mengandung cukup asam untuk pembentukkan gel, namun ada buah-buahan yang harus ditambahkan asam untuk dapat terbentuknya gel. asam sitrat berfungsi untuk menekan jumlah sukrosa dan menyesuaikan pH (Widyanto, 2009).
3.   Gula
Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi gula bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula, memiliki kemampuan mengurangi kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle, et al., 2007). Supaya terbentuk gel pektin kadar gula yang tinggi dan asam harus ada dalam produk selai dan jeli. Selain itu kadar gula yang tinggi dalam selai dan jeli juga menambah stabilitas terhadap mikroorganisme karena gula menurunkan ERH (Buckle, et al., 2007). Pada pembuatan selai atau jam, gula merupakan pengental dan pengawet alami. Gula mengeraskan buah dan memberi rasa manis. Sebelum gula dibubuhkan, buah harus dimasak sampai lunak dalam air yang banyaknya telah ditentukan. Bila gula terlalu cepat dibubuhkan, buah akan segera mengeras (Tim TPC. 2012).
4.   Pektin
Pektin merupakan bahan alami terkandung di dalam buah-buahan. Kandungan pektin di dalam semua buah umumnya lebih tinggi pada saat buah mengkal, dan menurun pada saat buah matang penuh dan lewat matang. Proses pematangan buah melibatkan terjadinya pemecahan pektin, sehingga buah menjadi lebih lembek. Pektin dapat menghasilkan struktur dan berbagai kekentalan selai dengan pembentukan jaringan ikatan air dengan sari buah atau bubur buah. Sebelum terbentukkanya gel, senyawa pektin tunggal akan dikelilingi oleh molekul-molekul air. Apabila lingkungan dari molekul tersebut merupakan larutan yang asam, maka pektin akan kehilangan daya ikat airnya dan akan dapat berikatan menjadi satu membentuk gel pektin yang baik (Tim TPC. 2012).




C. Diagram Alir/Flowchart
Proses pengolahan selai

 
 Nanas




Dikupas dan dicuci bersih


Analisa awal meliputi tekstur (penetrometer), berat, penampakan, kadar air, dan aktivitas air


    Gula pasir 25% dari berat nanas
   Gula pasir 50% dari berat nanas

 
                                                                   Diparut nanas

 





Dicampur dan diukur pH campuran nanas dan gula
                   Asam sitrat 0,2% dari berat sluri nanas
 
 




Dipanaskan dengan api sedang

 




Dihentikan pemanasan setelah mengental, dan didinginkan


Analisa akhir meliputi tekstur (penetrometer), berat, penampakan, kadar air dan aktivitas air


 





D. Analisa Prosedur
            Pembuatan selai nanas menggunakan buah nenas matang, setengah matang dan matang. Hal pertama yang dilakukan adalah mengupas nanas, kemudian nanas dicuci bersih setelah itu dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil dan dihaluskan menggunakan blander. Mengecilkan ukuran bertujuan untuk memudahkan dalam mengahaluskan produk. Setelah dihaluskan maka didapatkan slurry nanas. Slurry nanas kemudian dibagi menjadi dua. Pembagian tersebut dilakukukan karena pada praktikum kali ini akan dibuat selai nanas dengan konsentrasi gula yang berbeda yaitu 25% dan 50%. Setelah itu, dilakukan analisa awal terhadap slurry nanas dengan beberapa parameter yaitu, total padatan, tekstur, warna dengan menggunakan color reader, aw dan penampakan. Dilakukan penimbangan gula sebanyak 25% dan 50% dari bobot masing-masing sluri nanas. Setelah itu, dilakukan lagi penimbangan asam sitrat sebanyak 0,2% dari bobot masing-masing sluri nanas. Setelah semua bahan sudah siap dan sudah dilakukan pengamatan awal, maka selai nanas siap untuk dibuat. Sluri nanas ditempatkan pada wajan, kemudian dipanaskan dan ditambahkan gula pada suhu 1000C sampai mengental. Saat mulai terlihat adanya pembentukan gel maka ditambahkan asam sitrat. Dipanaskan kembali hingga gel yang terbentuk sempurna dan selai tidak gosong. Setelah gel sudah terbentuk maka selai sudah jadi. Selai didinginkan terlebih dahulu kemudian dilakukan analisa akhir yaitu aktivitas air, warna, daya oles, total padatan dan sensoris.







E.Perhitungan Neraca Massa Pembuatan produk selai nanas
1. Perhitungan Neraca Massa Pembuatan Produk Selai (Nanas Muda)
a) Nanas Muda dengan Konsentrasi Gula 25%
Diketahui
Bahan:
Slurry  : massa = 133,04 gram ; brix = 11o ; kadar air= 100-11 = 89%
Gula    : massa = 25% x 133,04 = 33,26 gram ; kadar air = 0,07%
Produk:
Selai    : brix = 32o ; kadar air = 100-32 = 68%
Uap Air: kadar air = 100%



















Perhitungan neraca massa total:
A + B = C + D
MA + MB = MC + MD
133,04+33,26 = MC + MD
166,3= MC + MD
MC = 166,3 - MD

Perhitungan neraca massa komponen air:
A + B = C + D
MA . kAA  + MB . kAB = MC . kAC + MD . kAD
(133,04 x 0,89) + (33,26 x 0,0007) = (MC x 0,68) + (MD x 1)
118,41 + 0,0232 = ((166,3 – MD ) x 0,68) + MD
118,43 = 113,084 – 0,68 MD + MD
5,364 MD = 0,32
MD = 16,70 gram

MC = 166,3- MD
MC = 166,316,70
MC = 149,6 gram



b) Nanas Muda dengan Konsentrasi Gula 50%
Diketahui
Bahan:
Slurry  : massa = 156,18 gram ; brix = 10o ; kadar air= 100-12 = 90%
Gula    : massa = 50% x 156,18 = 78,09 gram ; kadar air = 0,07%
Produk:
Selai    : brix = 48 o ; kadar air = 100-48 = 52%
Uap Air: kadar air = 100%






Perhitungan neraca massa total:
A + B = C + D
MA + MB = MC + MD
156,18 +78,09 = MC + MD
234,27 = MC + MD
MC = 234,27 - MD

Perhitungan neraca massa komponen air:
A + B = C + D
MA . kAA  + MB . kAB = MC . kAC + MD . kAD
(156,18 x 0,9) + (78,09 x 0,0007) = (MC x 0,52) + (MD x 1)
140,562 + 0,05466 = ((234,27 - MD) x 0,52) + MD
140,6166 = 121,8204 – 0,52 MD + MD
0,51 MD = 18,7962
MD = 36,85 gram

MC = 234,27 - MD
MC = 180,69 – 36,85
MC = 143,84 gram





2. Perhitungan Neraca Massa Pembuatan Produk Selai (Nanas Setengah Matang)
a) Nanas Setengah Matang dengan Konsentrasi Gula 25%
Diketahui
Bahan:
Slurry  : massa = 208,26 gram ; brix = 14o ; kadar air= 100-14 = 86%
Gula    : massa = 25% x 208,26 = 52,06 gram ; kadar air = 0,07%
Produk:
Selai    : brix = 48 o ; kadar air = 100-48 = 52%
Uap Air: kadar air = 100%



 

















Perhitungan neraca massa total:
A + B = C + D
MA + MB = MC + MD
208,26 +52,06 = MC + MD
260,32 = MC + MD
MC = 260,32 - MD

Perhitungan neraca massa komponen air:
A + B = C + D
MA . kAA  + MB . kAB = MC . kAC + MD . kAD
(208,26 x 0,86) + (52,06 x 0,0007) = (MC x 0,52) + (MD x 1)
179,103 + 0,0364 = ((260,32 - MD) x 0,52) + MD
179,139 = 135,3664 –0,52MD + MD
0,51 MD = 43,772
MD = 85,82 gram

MC = 260,32 - MD
MC =260,3285,82
MC = 174,5 gram




b) Nanas Setengah Matang dengan Konsentrasi Gula 50%
Diketahui
Bahan:
Slurry  : massa = 174,3 gram ; brix = 14o ; kadar air= 100-14 = 86%
Gula    : massa = 50% x 174,3 = 87,15 gram ; kadar air = 0,07%
Produk:
Selai    : brix = 54o ; kadar air = 100-55 = 46%
Uap Air: kadar air = 100%


 





Perhitungan neraca massa total:
A + B = C + D
MA + MB = MC + MD
174,3 +87,15 = MC + MD
261,45 = MC + MD
MC = 261,45 - MD

Perhitungan neraca massa komponen air:
A + B = C + D
MA . kAA  + MB . kAB = MC . kAC + MD . kAD
(174,3 x 0,86) + (87,15 x 0,0007) = (MC x 0,45) + (MD x 1)
149,89 + 0,061 = ((261,45 - MD) x 0,45) + MD
149,95 = 117,65 – 0,45 MD + MD
0,44 MD = 32,297
MD = 73,41 gram

MC = 261,45 - MD
MC = 261,4573,41
MC = 188,04 gram





3. Perhitungan Neraca Massa Pembuatan Produk Selai (Nanas Matang)
a) Nanas Matang dengan Konsentrasi Gula 25%
Diketahui
Bahan:
Slurry  : massa = 160,28 gram ; brix = 16o ; kadar air= 100-16 = 84%
Gula    : massa = 25% x 160,28 = 40,07 gram ; kadar air = 0,07%
Produk:
Selai    : brix = 52o ; kadar air = 100-52 = 48%
Uap Air: kadar air = 100%




Perhitungan neraca massa total:
A + B = C + D
MA + MB = MC + MD
160,28 + 40,07 = MC + MD
200,35 = MC + MD
MC = 200,35 - MD

Perhitungan neraca massa komponen air:
A + B = C + D
MA . kAA  + MB . kAB = MC . kAC + MD . kAD
(160,28 x 0,84) + (40,07 x 0,0007) = (MC x 0,48) + (MD x 1)
134,63 + 0,028 = ((200,35 – MD ) x 0,48) + MD
134,65 = 96,168 – 0,48 MD + MD
0,47 MD = 38,482
MD = 81,87 gram

MC = 200,35 - MD
MC = 200,35 - 81,87
MC = 118,47 gram




b) Nanas Matang dengan Konsentrasi Gula 50%
Diketahui
Bahan:
Slurry  : massa = 182,06 gram ; brix = 16o ; kadar air= 100-16 = 84%
Gula    : massa = 50% x 182,06 = 91,03 gram ; kadar air = 0,07%
Produk:
Selai    : brix = 52 o ; kadar air = 100-52 = 48%
Uap Air: kadar air = 100%









Perhitungan neraca massa total:
A + B = C + D
MA + MB = MC + MD
182,06 + 91,03 = MC + MD
273,09 = MC + MD
MC = 273,09 - MD

Perhitungan neraca massa komponen air:
A + B = C + D
MA . kAA  + MB . kAB = MC . kAC + MD . kAD
(182,06 x 0,85) + (91,03 x 0,0007) = (MC x 0,48) + (MD x 1)
154,75 + 0,063 = ((273,09 – MD ) x 0,48) + MD
154,81 = 131,08 – 0,48MD + MD
0,47 MD = 23,72
MD = 50,48 gram

MC = 273,09 - MD
MC = 273,0950,48
MC = 222,61 gram





F. Pengamatan dan Pembahasan
1. Pengamatan Aktivitas Air
Jenis Nenas

Kadar Gula
Aktivitas Air
Sebelum
Sesudah
Muda
25%
0.7
0.76
50%
0.74
0.72
Setengah matang
25%
0.72
0.69
50%
0.89
0.55
Matang
25%
0.74
0.83
50%
0.73
0.68

Pembahasan
Selai atau sering disebut juga “jam” merupakan makanan semi padat yang berbahan dasar bubur buah dicampur dengan 35 – 45 bagian gula dan dipanaskan sampai kandungan gulanya berkisar antara 50 – 65%. Pada dasarnya semua jenis buah-buahan yang matang dapat diolah menjadi selai. Namun secara komersial perlu diperhatikan selera konsumen sebelum mengolah buah menjadi selai untuk tujuan komersial, karena tidak semua buah, setelah diolah, mempunyai rasa yang disukai (Seafast,2012). Pada praktikum, bahan yang digunakan adalah nenas dengan jenis nanas muda, setengah matang, dan matang.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan aw pada selai nanas dengan penambahan kadar gula sampai 50% pada jenis nanas muda, setengah matang, dan nanas matang. Pada jenis nanas muda dan nanas matang dengan penambahan gula 25% terjadi peningkatan aw. Peningkatan aw pada jenis nanas tersebut diduga diakibatkan karena pengukuran yang tidak teliti karena prinsip pengawetan dengan penambahan gula dapat menurunkan aw suatu bahan pangan. Penurunan aw disebabkan oleh adanya gula yang ditambahkan serta pemanasan yang dilkukan saat proses pebuatan selai. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada akan terikat dengan gula dan menurunkan aw (Buckle dkk.,2009).

2. Pengamatan Tekstur
Jenis Nenas

Kadar Gula
Tekstur
Sebelum
Sesudah
Muda
25%
Cair
Gel sedikit cair
50%
Cair
Gel sedikit padat
Setengah matang
25%
Cair
Gel padat, lengket
50%
Cair
Gel padat, lengket
Matang
25%
Cair
Gel padat, lengket
50%
Cair
Gel padat

Pembahasan
Berdasarkan data hasil pembuatan selai diatas diperoleh hasil bahwa selai nanas setengah matang dan nanas matang dengan kandungan gula 25% dan 50% memiliki tekstur gel yang padat dan dan lengket jika dibandingkan dengan selai yang dibuat dengan nanas muda yang memiliki gel yang sedikit cair pada kadar gula 25% dan pada kadar gula 50% memiliki gel yang sedikit padat. Variasi kekentalan sesudah pemasakan dapat disebabkan lamanya waktu pemasakan selai berbeda setiap perlakuan. Jika waktu pemasakan terlalu lama akan terjadi hidrolisis pektin dan menghasilkan gel yang kental dan keras sedangkan jika terlalu cepat selai yang dihasilkan tidak terlalu kental. Selain itu, banyak atau sedikitnya gula yang ditambahkan akan mempengaruhi tekstur selai karena gula mempunyai fungsi sebagai pembentuk struktur 3 dimensi. Proporsi dari gula yang ditambahkan harus tepat agar dapat menghasilkan selai dengan tekstur yang lunak (Karseno dan Retno Setyawati, 2013).
Pemberian kadar gula yang terlalu rendah dapat menyebabkan gel yang dihasilkan kurang kuat atau encer, sedangkan pemberian kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan gel yang dihasilkan lebih keras, sehingga dibutuhkan penambahan kadar gula yang sesuai agar terbentuk gel yang plastis. Pada nanas muda yang terkandung adalah protopektin yang dapat membuat tekstur gel menjadi keras, namun penambahan gula dapat meningkatkan kemampuan pektin dalam membentuk tekstur gel dimana pemberian konsentrasi gula yang lebih tinggi menyebabkan tekstur lebih kental/keras oleh karena itu dengan penambahan kadar gula 50% teksturnya kental dan tidak berair (Rahayu, 2008).
Pektin yang ada pada nenas matang telah terhidrolisis menjadi asam galakturonat yang menyebabkan selai yang dihasilkan akan cenderung menggumpal dan memiliki daya oles yang rendah. Selain itu, penambahan gula yang cukup tinggi juga dapat menyebabkan selai yang terbentuk semakin kental karena gula berfungsi sebagai pengikat air pada pembuatan selai (Ikhwal dkk., 2014).

3. Pengamatan Warna
Jenis Nanas
Kadar Gula
Warna
L*
a*
b*
sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
Muda
25%
70.7
61.26
-3.57
-2.06
38.3
32.63
50%
72.83
53.73
-4.133
-0.5
33.67
29.63
Setengah matang
25%
69
46.93
-1.033
4.8
48.23
29.97
50%
73.9
40.9
-2.9
3.56
52.83
22.43
Matang
25%
68.2
46.53
-0.57
4.26
50.67
24.76
50%
66.43
51,5
-1.5
11.4
49.4
40

Pembahasan
            Pada nanas muda dengan kadar gula 25% sesudah dimasak memiliki nilai L=61,26; a=-2,06, b=32,63, sedangkan kadar gula 50% sesudah dimasak memiliki nilai L=53,73; a=-0,5; b=29,63. Pada nanas setengah matang dengan kadar gula 25% sesudah dimasak memiliki nilai L=46,93; a= 4,8; b=29,97, sedangkan pada kadar gula 50% sesudah dimasak memiliki nilai L= 40,9; a= 3,56; b= 22,43. Pada nanas matang dengan kadar gula 25% sesudah dimasak memiliki nilai L=46,53; a= 4,26; b= 24,76, sedangkan pada kadar gula 50% memiliki nilai L= 51,5; a= 11,4, b= 40. Berdasarkan hasil data tersebut bahwa konsentrasi gula dapat mempengaruhi kecerahan dari nanas tersebut, dimana nanas dengan kadar gula 50% memiliki nilai L yang fluktuatif dibandingkan dengan nilai L kadar gula 25%.
Proses pembuatan selai menggunakan gula akan menurunkan tingkat kecerahan, karena pigmen pada buah-buahan yang ada pada slurry nanas akan terdegradasi pada saat proses pemanasan. Pigmen yang banyak terdapat dalam buah nanas yaitu karoten dan santofil. Kandungan karoten dalam buah nanas lebih besar dibandingkan santofil. Kedua pigmen tersebut berperan dalam memberikan warna khas pada buah nanas, yaitu kekunigan (Puspita C.P., 2012).
            Selain adanya degradasi pigmen, hilangnya kecerahan pada selai nanas juga diakibatkan karena adanya reaksi karamelisasi yang terjadi pada gula yang ditambahkan pada selai tersebut. Pada saat pemanasan berlangsung, molekul-molekul gula lama kelamaan akan membentuk suatu molekul-molekul gula yang lebih kecil yang disebut dengan polimer sebagai pemberi warna kecoklatan. Warna kecoklatan tersebut yang akhirnya memberikan efek penurunan kecerahan pada produk selai nanas (Cahyadi M., 2010).

4. Pengamatan Kadar Air
Jenis Nenas
Kadar Gula
brix
Sebelum
Sesudah
Muda
25%
11
32
50%
10
48
Setengah matang
25%
14
48
50%
14
54
Matang
25%
16
52
50%
16
52

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan nilai derajat brix sesudah pemanasan pada nenas muda, nenas setengah matang dan nenas matang dengan kadar gula masing-masing adalah 25% dan 50%, memiliki nilai derajat brix yang meningkat. Pada nenas muda dengan kadar gula 25% nilai derajat brix awal adalah 11 sesudah pemasakan menjadi 32. Sedangkan pada kadar 50% nilai brix awal adalah 10 menjadi 48. Pada nenas setengah matang dengan kadar gula 25% nilai derajat brix awal adalah 14 sesudah pemasakan menjadi 48 dan kadar gula 50% nilai brix awal 14 sesudah pemasakan menjadi 54. Pada nenas matang dengan kadar gula 25% nilai brix awal adalah 16 sesudah pemasakan menjaadi 52 kemudian dengan kadar gula 50% nilai brix awal adalah 16 sesudah pemasakan menjadi 52. Dari data-data tersebut menunjukan bahwa nenas muda, setengah matang dengan kadar gula 50% memiliki derajat brix yang lebih tinggi, kecuali pada nenas matang dengan kadar gula 25% dan 50% yang memiliki nilai brix yang sama, yaitu 52.
Derajat brix menyatakan banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam suatu larutan. 1 derajat brix sama dengan 1 gram gula yang terdapat pada 100 gram larutan atau 100 ml larutan. Pengecekan derajat brix dilakukan untuk mengendalikan tingkat kemanisan pada minuman atau makanan. Semakin kecil kandungan air bahan, maka tingkat derajat brix bahan tersebut akan semakin tinggi. Bila tingkat derajat brix terlalu tinggi maka tingkat kemanisan akan bertambah sehingga mempengaruhi rasa (Siburian S,. 2015). Glukosa dan fruktosa mempunyai kelarutan yang sangat besar, dengan semakin tingginya konsentrasi asam sitrat dan gula maka glukosa dan fruktosa (gula reduksi) yang terbentuk semakin tinggi, sehingga jumlah gula yang terlarut semakin banyak hal ini menyebabkan total padatan terlarut yang ada dalam selai semakin meningkat (Winarno, 2008), 



5. Pengamatan Penampakan
Jenis Nenas
Kadar Gula
Daya oles (cm)
kenampakan
Muda
25%
5.8
Terlalu encer. kurang baik, warna kuning
50%
5.4
Terlalu kental, kuning sedikit terang
Setengah matang
25%
6.3
Terlalu kental, kuning lebih gelap
50%
6.2
Sangat kental, kuning gelap
Matang
25%
7
Sangat kental, emas kecoklatan
50%
5.7
Warna keemasan, lebih solid

Pembahasan
Penampakan secara visual nanas muda kadar gula 25% sesudah dimasak memiliki warna kuning dan terlalu encer, sedangkan kadar gula 50% memiliki warna kuning terang dengan tekstur terlalu kental. Pada nanas setengah matang kadar gula 25% dan 50% sesudah dimasak memiliki warna kuning gelap dengan tekstur sangat kental. Pada nanas matang dengan kadar gula 25% memiliki warna emas kecoklatan sangat kental dan pada kadar gula 50% memiliki warna kuning keemasan denan tekstur  sangat padat.
Pigmen yang banyak terdapat dalam buah nanas yaitu karoten dan santofil. Kandungan karoten dalam buah nanas lebih besar dibandingkan santofil. Kedua pigmen tersebut berperan dalam memberikan warna khas pada buah nanas, yaitu kekunigan (Puspita C.P., 2012). Pada buah nanas yang muda menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dari buah yang setengah matang dan matang. Adanya perubahan warna menjadi lebih gelap juga disebabkan oleh proses pemanasan sehingga terjadi reaksi karamelisasi akibat gula yang dipanaskan. Karamelisasi yang merupakan akibat dari gula yang dipanaskan oleh karena itu penambahan gula yang lebih tinggi menghasilkan warna yang lebih gelap (Lisdiana, 2007).
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, nanas setengah matang memiliki daya oles yang paling baik. Pada nanas setengah matang dengan kadar gula 25% memiliki daya oles 6,3 cm dan kadar gula 50% memiliki daya oles 6,2 cm. Daya oles terendah ada pada nanas muda dengan kadar gula 50%. Tetapi pada uji daya oles, nenas matang dengan kadar gula 50% memiliki nilai daya oles 5,7, sedangkan pada nanas matang kandungan 25% mempunyai nilai daya oleh 7, lebih tinggi daridapa nanas muda dan setengah matang. Terbentuknya gel selama proses pengolahan buah sangat tergantung pada kandungan pektin dalam bubur buah. Hal ini tidak semestinya terjadi karena, nanas setengah matang memiliki kandungan pektin yang cukup tinggi, dimana masih terdapat kandungan enzim metil esterase yang dapat menghidrolisis protopektin menjadi pektin sehingga menhasilkan selai yang plastis dan memiliki daya oles yang baik. Selain itu keasaman dan gula yang ditambahkan sangat menentukan mutu gel yang terbentuk (Seafast, 2012).
Nilai rata-rata yang diperoleh, nanas setengah matang memiliki daya oles yang paling baik. Hal tersebut menunjukan bahwa pada nenas setengah matang terbentuk gel yang cukup baik dibandingkan nenas muda dan nanas matang. Pada nenas setengah matang komposisi gula, asam sitrat, dan pektin berada dalam keseimbangan yang sesuai sehingga tekstur selai cukup baik. Karena apabila gula terlalu sedikit, selai akan menjadi lembek sedangkan bila gula terlalu banyak, selai akan keras. Penambahan gula yang baik sangat penting untuk memperoleh tekstur, penampakan dan flavor yang baik (Sundari, 2010). 

G. Analisa Sensori
1. Data Analisa Sensoris Atribut Kenampakan
Panelis
Sampel 1 (243)
Sampel 2
(173)
Sampel 3
(915)
Sampel 4
(416)
Sampel 5
(145)
Sampel 6
(312)
1
1
5
2
3
5
6
2
2
4
4
5
5
4
3
2
4
3
6
3
4
4
3
6
5
6
5
5
5
1
6
5
5
3
2
6
4
6
3
4
6
5
7
2
5
5
4
4
6
8
3
6
2
6
6
5
9
1
7
3
7
6
2
10
1
5
3
4
5
3
11
6
6
4
5
4
5
12
1
4
2
6
3
5
13
1
6
1
6
4
6
14
3
6
4
5
6
4
15
4
4
6
3
2
3
Rata-rata
2,3
5,3
3,5
5,0
4,5
4,3

2. Data Analisa Sensoris Atribut Aroma
Panelis
Sampel 1 (243)
Sampel 2
(173)
Sampel 3
(915)
Sampel 4
(416)
Sampel 5
(145)
Sampel 6
(312)
1
1
5
3
3
4
5
2
6
5
4
5
6
4
3
3
3
3
5
4
6
4
2
3
4
4
4
5
5
2
5
4
4
3
3
6
4
5
4
4
5
5
7
5
3
4
5
5
4
8
3
4
4
6
4
6
9
3
5
5
5
2
2
10
4
5
4
5
2
3
11
5
6
4
6
6
6
12
4
5
5
5
4
3
13
5
2
2
4
3
4
14
4
5
4
5
5
5
15
6
5
4
4
3
2
Rata-rata
3,8
4,4
3,9
4,7
4,0
4,2









3. Data Analisa Sensoris Atribut Rasa
Panelis
Sampel 1 (243)
Sampel 2
(173)
Sampel 3
(915)
Sampel 4
(416)
Sampel 5
(145)
Sampel 6
(312)
1
2
6
5
3
2
5
2
5
6
4
5
2
5
3
3
2
2
4
5
3
4
5
5
5
5
5
3
5
3
6
3
5
5
2
6
3
6
3
3
5
4
7
3
4
1
3
5
5
8
5
7
3
6
6
7
9
5
5
6
7
3
5
10
4
5
4
6
2
7
11
6
6
5
6
6
6
12
4
5
5
2
2
3
13
4
5
1
6
2
2
14
3
5
6
6
5
5
15
6
7
5
5
4
4
Rata-rata
4,1
5,3
3,9
4,8
3,9
4,4

4. Data Analisa Sensoris Atribut Mouthfeel
Panelis
Sampel 1 (243)
Sampel 2
(173)
Sampel 3
(915)
Sampel 4
(416)
Sampel 5
(145)
Sampel 6
(312)
1
2
4
3
2
2
3
2
4
5
3
5
1
5
3
2
3
4
4
3
4
4
3
5
3
5
2
3
5
6
7
7
6
6
4
6
3
5
3
3
3
5
7
2
3
2
3
3
6
8
5
7
3
5
2
5
9
6
5
3
7
2
3
10
2
5
3
5
2
2
11
6
5
5
6
5
2
12
4
5
3
3
2
3
13
2
7
1
6
1
2
14
3
6
6
7
6
5
15
6
5
4
3
2
3
Rata-rata
3,7
5,1
3,5
4,7
2,8
3,7










5. Data Analisa Sensoris Atribut Finger feel
Panelis
Sampel 1 (243)
Sampel 2
(173)
Sampel 3
(915)
Sampel 4
(416)
Sampel 5
(145)
Sampel 6
(312)
1
1
5
3
3
2
5
2
3
5
6
6
2
3
3
1
5
4
4
3
4
4
3
5
5
5
3
5
5
3
6
3
5
5
4
6
3
5
3
3
4
6
7
2
5
5
5
3
5
8
5
6
4
6
3
6
9
3
6
4
7
1
3
10
2
4
3
5
2
2
11
6
5
5
6
3
3
12
3
3
3
4
3
2
13
3
6
5
5
1
6
14
4
6
5
6
3
4
15
2
3
5
3
6
5
Rata-rata
2,9
5,0
4,2
4,9
2,9
4,2
Keterangan:
Nanas muda            25%   (243)
                                 50%   (915)
Setengah matang    25%   (416)
                                 50%   (173)
Nanas matang         25%   (312)
                                 50%   (145)

Pembahasan :
Uji sensoris dilakukan untuk mengetahui seberapa dekat atribut mutu yang terdapat pada produk dengan mutu yang ditargetkan. Salah satu uji sensori yang dapat dilakukan adalah uji hedonik, yaitu uji yang dilakukan pada suatu atribut produk berdasarkan sifat subjektif dari panelis. Dengan dipadupadankan pada skala hedonik. Pada selai buah nenas dengan perlakuan perbedaan tingkat kematangan dan perbedaan konsentrasi gula dilakukan uji hedonik dengan 5 atribut mutu yang dinilai, yaitu kenampakan, aroma, rasa, mouthfeel dan fingerfeel.
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji hedonik dengan parameter mutu kenampakan, didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada sampel dengan kode 173, yaitu nenas setengah matang dengan kadar gula 25%. Para panaelis menilai sampel dengan kode 173 memiliki kenampakan yang cukup baik dengan penjabaran masing-masing nomor skala (1= Sangat kurang, 2= Kurang, 3= Agak kurang, 4= Netral, 5= Cukup baik, 6= Baik, 7= Sangat baik). Dengan kata lain, sampel 173 memiliki kenampakan kuning emas agak kecoklatan dan sedikit air keluar dari selai yang disukai oleh panelis. Sedangkan hasil rata-rata terendah terdapat pada sampel 243 dengan nilai 2,3. Hal ini menunjukan bahwa pada sampel 243 (nenas muda dengan kadar gula 25%) memiliki kenampakan yang kurang. Nenas muda masih mengandung prortopektin yang memiliki sifat pembentuk gel sangat lemah sehingga sampel 243 terlihatt agak berair.

Berdasarkan hasil rekapitulasi uji hedonik dengan parameter mutu aroma, didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada sampel dengan kode 416, yaitu nenas setengah matang dengan kadar gula 25%. Para panaelis menilai sampel dengan kode 416 memiliki aroma yang cukup baik. Dengan kata lain, sampel 416 memiliki aroma khas selai (tidak mentah), sedikit beraroma karamel yang disukai oleh panelis. Sedangkan hasil rata-rata terendah terdapat pada sampel 243 dengan nilai 3,7. Hal ini menunjukan bahwa pada sampel 243 (nenas muda dengan kadar gula 25%) memiliki kenampakan yang netral.
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji hedonik dengan parameter mutu rasa, didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada sampel dengan kode 173, yaitu nenas setengah matang dengan kadar gula 50% dengan nilai 5,3. Para panaelis menilai sampel dengan kode 173 memiliki rasa yang cukup baik. Dengan kata lain, sampel 173 memiliki rasa yang tidak terlalu pahit karena karamelisasi dan adanya aftertaste yang disukai oleh sebagian panelis. Sedangkan hasil rata-rata terendah terdapat pada sampel 915 (nenas muda dengan kadar gula 50%) dan sampel 145 (nanas muda dengan kadar gula 50%) memiliki nilai yang sama, yaiyu 3,7. Hal ini menunjukan bahwa pada sampel 243 (nenas matang dengan kadar gula 25%) memiliki rasa yang kurang sesuai dengan sebagian panelis.
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji hedonik dengan parameter mutu mouthfeel, didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada sampel dengan kode 173, yaitu nenas setengah matang dengan kadar gula 50% dengan nilai 5,1. Para panaelis menilai sampel dengan kode 173 memiliki mouthfeel yang cukup baik. Mouthfeel merupakan kesan yang ditimbulkan saat suatu produk masuk kedalam mulut. Dalam hal selai nenas mouthfeel yang dinilai meliputi kelembutan selai yang dihasilkan. Dengan kata lain, sampel 173 memiliki kelembutan serat yang cukup baik dan disukai oleh panelis. Sedangkan hasil rata-rata terendah terdapat pada sampel 145 dengan nilai 2,8. Hal ini menunjukan bahwa pada sampel 145 (nenas matang dengan kadar gula 50%) memiliki kelembutan selai  yang kurang.
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji hedonik dengan parameter mutu fingerfeel, didapatkan hasil rata-rata tertinggi yaitu pada sampel dengan kode 173, yaitu nenas setengah matang dengan kadar gula 50% dengan nilai 5,0. Para panaelis menilai sampel dengan kode 173 memiliki fingerfeel yang cukup baik. fingerfeel merupakan kesan yang ditimbulkan saat ujung jari mulai mengambil selai nenas. Dengan kata lain, sampel 173 memiliki tekstur yang baik dan tidak terlalu putus-outus saat diambil dengan ujung jari dan disukai oleh panelis. Sedangkan hasil rata-rata terendah terdapat pada sampel 145 dengan nilai 2,9 dan sampel 243 dengan nilai 2,9. Hal ini menunjukan bahwa pada sampel 243 (nenas muda dengan kadar gula 25%) memiliki tekstur yang kurang baik.








H.   Pertanyaan
1. Apa fungsi menvariasikan kematangan nenas pada praktikum ini?
Karena dengan tingkat kematangan yang berbeda akan mempengaruhi tekstur, warna, pH, kadar air, serta daya oles selai. Buah nanas sendiri memperoleh karakteristik produk pembentuk selai karena mengandung senyawa pektin dimana ketersedian jumlah pektin tersebut dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah. Pada buah yang mentah mengandung protopektin atau polimer dari metil galakturonat dimana terdapat gugus karboksil yang mengalami esterifikasi dan tidak larut air sehingga gel yang dihasilkan keras. Sedangkan pada buah yang setengah matang mengandung pektin/asam pektinat dimana terdapat gugus karboksil yang larut air dan gugus metil yang tidak larut air sehingga gel yang terbentuk merata dan gel plastis dan tidak mudah putus. Pada buah yang matang mengandung asam pektat atau polimer dari asam galakturonat dengan ester metil dimana gugus tersebut larut air sehingga daya olesnya mudah putus (Yulistiani dkk., 2013).

2. Apa fungsi menvariasikan kadar gula pada praktikum ini?
Untuk mengetahui banyaknya kadar gula yang dibutuhkan dalam pembuatan selai karena jumlah kadar gula yang ditambahkan pada pengolahan selai akan memepengaruhi tekstur yang terbentuk, penampakan, dan flavor pada selai. Proporsi dari gula yang ditambahkan harus tepat agar dapat menghasilkan selai dengan tekstur yang lunak. Banyak atau sedikitnya gula yang ditambahkan akan mempengaruhi tekstur selai karena gula mempunyai fungsi sebagai pembentuk struktur 3 dimensi. (Karseno dan Retno Setyawati, 2013). Warna yang dihasilkan pun lebih gelap diakibatkan adanya karamelisasi yang berlebihan. Selain itu gula yang ditambahkan pada proses pembuatan selai berpengaruh terhadap keseimbangan pektin dan air yang ada dan menghilangkan kemantapan pektin. Pemberian kadar gula yang terlalu rendah dapat menyebabkan gel yang dihasilkan kurang kuat atau encer, sedangkan pemberian kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan gel yang dihasilkan lebih keras, sehingga dibutuhkan penambahan kadar gula yang sesuai agar terbentuk gel yang plastis. Pada nanas muda yang terkandung adalah protopektin yang dapat membuat tekstur gel menjadi keras, namun penambahan gula dapat meningkatkan kemampuan pektin dalam membentuk tekstur gel dimana pemberian konsentrasi gula yang lebih tinggi menyebabkan tekstur lebih kental/keras oleh karena itu dengan penambahan kadar gula 50% teksturnya kental dan tidak berair (Rahayu, 2008).

3. Mengapa variasi kadar gula mempengaruhi:
a.   Tekstur selai
Proporsi dari gula yang ditambahkan harus tepat agar dapat menghasilkan selai dengan tekstur yang lunak (Karseno dan Retno Setyawati, 2013).Pemberian kadar gula yang terlalu rendah dapat menyebabkan gel yang dihasilkan kurang kuat atau encer, sedangkan pemberian kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan gel yang dihasilkan lebih keras, sehingga dibutuhkan penambahan kadar gula yang sesuai agar terbentuk gel yang plastis. Pada nanas muda yang terkandung adalah protopektin yang dapat membuat tekstur gel menjadi keras, namun penambahan gula dapat meningkatkan kemampuan pektin dalam membentuk tekstur gel dimana pemberian konsentrasi gula yang lebih tinggi menyebabkan tekstur lebih kental/keras oleh karena itu dengan penambahan kadar gula 50% teksturnya kental dan tidak berair (Rahayu, 2008).

b.   Warna selai
Pigmen yang banyak terdapat dalam buah nanas yaitu karoten dan santofil. Kandungan karoten dalam buah nanas lebih besar dibandingkan santofil. Kedua pigmen tersebut berperan dalam memberikan warna khas pada buah nanas, yaitu kekunigan (Puspita C.P., 2012).Selain adanya degradasi pigmen, hilangnya kecerahan pada selai nanas juga diakibatkan karena adanya reaksi karamelisasi yang terjadi pada gula yang ditambahkan pada selai tersebut. Pada saat pemanasan berlangsung, molekul-molekul gula lama kelamaan akan membentuk suatu molekul-molekul gula yang lebih kecil yang disebut dengan polimer sebagai pemberi warna kecoklatan. Warna kecoklatan tersebut yang akhirnya memberikan efek penurunan kecerahan pada produk selai nanas (Cahyadi M., 2010).
c.   Aktivitas air
Penambahan gula dapat mengikat air pada produk sehingga dapat mengurangi aktivitas air pada produk. Penurunan aktivitas air pada produk ini dapat menghambat perumbuhan mikroba pada selai. Sehingga semakin tinggi penambahan gula maka air yang terikat semakin besar dan menurunkan aktivitas air. Penurunan aw disebabkan oleh adanya gula yang ditambahkan serta pemanasan yang dilkukan saat proses pebuatan selai. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada akan terikat dengan gula dan menurunkan aw (Buckle dkk.,2009).
d.    0Brix
Derajat brix menyatakan banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam suatu larutan. 1 derajat brix sama dengan 1 gram gula yang terdapat pada 100 gram larutan atau 100 ml larutan. Pengecekan derajat brix dilakukan untuk mengendalikan tingkat kemanisan pada minuman atau makanan. Semakin kecil kandungan air bahan, maka tingkat derajat brix bahan tersebut akan semakin tinggi. Bila tingkat derajat brix terlalu tinggi maka tingkat kemanisan akan bertambah sehingga mempengaruhi rasa (Siburian S,. 2015). Glukosa dan fruktosa mempunyai kelarutan yang sangat besar, dengan semakin tingginya konsentrasi asam sitrat dan gula maka glukosa dan fruktosa (gula reduksi) yang terbentuk semakin tinggi, sehingga jumlah gula yang terlarut semakin banyak hal ini menyebabkan total padatan terlarut yang ada dalam selai semakin meningkat (Winarno, 2008).
e.   Penampakan selai
Penampakan yang dihasilkan selai tergantung juga pada warna awal sluri dimana pada buah yang masih muda tidak secerah pada buah yang setengah matang maupun yang matang. Pigmen yang banyak terdapat dalam buah nanas yaitu karoten dan santofil. Kandungan karoten dalam buah nanas lebih besar dibandingkan santofil. Kedua pigmen tersebut berperan dalam memberikan warna khas pada buah nanas, yaitu kekunigan (Puspita C.P., 2012). Pada buah nanas yang muda menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dari buah yang setengah matang dan matang. Adanya perubahan warna menjadi lebih gelap juga disebabkan oleh proses pemanasan sehingga terjadi reaksi karamelisasi akibat gula yang dipanaskan. Karamelisasi yang merupakan akibat dari gula yang dipanaskan oleh karena itu penambahan gula yang lebih tinggi menghasilkan warna yang lebih gelap (Lisdiana, 2007).



4. Mengapa variasi kematangan nenas mempengaruhi:
a.   Tekstur selai
Karena tingkat kematangan yang berbeda-beda akan mempengaruhi tekstur selai yang dihasilkan hal ini dikarenakan kandungan pektinnya yang berbeda. Pada buah yang mentah mengandung protopektin atau polimer dari metil galakturonat dimana terdapat gugus karboksil yang mengalami esterifikasi dan tidak larut air sehingga gel yang dihasilkan lemah. Sedangkan pada buah yang setengah matang mengandung pektin/asam pektinat dimana terdapat gugus karboksil yang larut air dan gugus metil yang tidak larut air sehingga gel yang terbentuk merata dan gel plastis. Pada buah yang matang mengandung asam pektat atau polimer dari asam galakturonat dengan ester metil dimana gugus tersebut larut air sehingga gelnya kuat dan menggumpal. Pektin yang ada pada nenas matang telah terhidrolisis menjadi asam galakturonat yang menyebabkan selai yang dihasilkan akan cenderung menggumpal dan memiliki daya oles yang rendah. Selain itu, penambahan gula yang cukup tinggi juga dapat menyebabkan selai yang terbentuk semakin kental karena gula berfungsi sebagai pengikat air pada pembuatan selai (Ikhwal dkk., 2014).
b.   Warna selai
Karena pada tingkat kematangan yang berbeda warna awal buah yang diperoleh pun berbeda. Pada buah yang masih muda dihasilkan warna yang pucat karena tingkat kematangan yang masih rendah dan begitu seterusnya pada tingkat kematangan setengah matang serta matang dimana terjadi peningkatan warna. Dari ketiga tingkat kematangan buah tersebut diperoleh warna yang paling baik pada buah yang setengah matang karena warna awalnya tidak terlalu pucat dan tidak terlalu cerah sehingga ketika pemanasan warna akhir yang dihasilkan akibat karamelisasi tidak terlalu gelap. Warna pada selai dapat dipengaruhi oleh pectin yang peka terhadap penurunan pH. Secara visual, perubahan warna yang paling baik terjadi pada nenas setengah matang yaitu kuning keemasan.Warna kuning kecoklatan menandakan selai telah mengalami browning karena pektin dan gula (sukrosa) yang terkena panas serta (Winarno, 2008).
c.   Aktivitas air
Pada tingkat kematangan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi aktivitas air. Pektin yang ada pada nenas matang telah terhidrolisis menjadi asam galakturonat yang menyebabkan selai yang dihasilkan akan cenderung menggumpal dan memiliki daya oles yang rendah. Selain itu, penambahan gula yang cukup tinggi juga dapat menyebabkan selai yang terbentuk semakin kental karena gula berfungsi sebagai pengikat air pada pembuatan selai (Ikhwal dkk., 2014). Pada nenas setengah matang komposisi gula, asam sitrat, dan pektin berada dalam keseimbangan yang sesuai sehingga tekstur selai cukup baik. Karena apabila gula terlalu sedikit, selai akan menjadi lembek sedangkan bila gula terlalu banyak, selai akan keras. Penambahan gula yang baik sangat penting untuk memperoleh tekstur, penampakan dan flavor yang baik (Sundari, 2010).
d.   0Brix
Pada nenas muda nilai brix tanpa penambahan gula lebih kecil dibandingkan nenas setengah matang. Sedangkan nenas setengah matang memiliki nilai brix yang lebih kecil dibandingkan dengan nenas matang. Hal ini disebabkan kandungan polisakarida dalam nenas yang masih muda belum terhidrolisis atau terpeceah menjadi monosakarida oleh enzim dididalam buah nenas. Semakin tinggi kandungan monosakarida atau gula sederhana dalam nenas maka akan semakin manis dan meningkatkan padatan terlarut meskipun tidak ditambahkan gula dari luar (Sundari dan Koman 2010).
e.   Penampakan selai
Penampakan yang dihasilkan selai tergantung juga pada warna awal sluri dimana pada buah yang masih muda tidak secerah pada buah yang setengah matang maupun yang matang. Adanya perubahan warna menjadi lebih gelap juga disebabkan oleh proses pemanasan sehingga terjadi reaksi karamelisasi akibat gula yang dipanaskan. Karamelisasi yang merupakan akibat dari gula yang dipanaskan oleh karena itu penambahan gula yang lebih tinggi menghasilkan warna yang lebih gelap. Nanas dengan kematangan yang tepat memiliki kandungan pektin yang lebih tinggi dibandingkan buah yang matang yang akan menghasilkan selai yang sangat kental dan kaku. Nanas setengah matang terdapat aktivitas enzim metil esterase yang menghidrolisis protopektin menjadi pektin sehingga menghasilkan selai yang plastis dan daya oles yang baik. Pigmen yang banyak terdapat dalam buah nanas yaitu karoten dan santofil. Kandungan karoten dalam buah nanas lebih besar dibandingkan santofil. Kedua pigmen tersebut berperan dalam memberikan warna khas pada buah nanas, yaitu kekunigan (Puspita C.P., 2012). Pada buah nanas yang muda menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dari buah yang setengah matang dan matang. Adanya perubahan warna menjadi lebih gelap juga disebabkan oleh proses pemanasan sehingga terjadi reaksi karamelisasi akibat gula yang dipanaskan. Karamelisasi yang merupakan akibat dari gula yang dipanaskan oleh karena itu penambahan gula yang lebih tinggi menghasilkan warna yang lebih gelap (Lisdiana, 2007).

5. Apa fungsi pemasakan pada proses pembuatan selai?
Pemasakan bertujuan membuat campuran gula dan bubur nanas menjadi homogen dan mencegah menjadi pekat. Di samping itu, pemanasan juga bertujuan untuk menghasilkan cita rasa yang baik dan untuk memperoleh struktur gel. Pemasakan yang berlebihan akan menyebabkan selai menjadi keras dan kental, sedangkan jika pemanasan kurang akan menghasilkan selai yang encer. Pengentalan yang berlebihan pada selai akan mengakibatkan penguapa asam,pemecahan pektin, serta kerusakan cita rasa dan warna. Selama pemasakan harus dilakukan pengadukan agar campuran bahan selai menjadi homogen dan untuk mencegah selai gosong. Pengadukan tidak boleh terlalu cepat karena dapat menimbulkan gelembung-gelembung yang dapat merusak tekstur dan penampakan akhir (Sundari D. Dan Koman, 2010)

6. Selain gula, faktor apa yang juga berperan dalam pengawetan selai?
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pengawetan selai adalah pemanasan, penambahan asam dan juga cara pengemasan selai itu sendiri. Pemanasan dilakukan selain untuk menghomogenkan campuran pektin dan gula juga berfungsi untuk mengurangi mikroba awal yang mungkin tumbuh pada slurri nanas. Selain   itu penambahan asam yang menyebabkan pH selai menjadi rendah menyebabkan sulitnya mikroba untuk hidup dan berkembang biak pada selai sehingga produk selai menjadi awet. Kemudian pengemasan sebagai tahapan akhir dari pembuatan selai memiliki pengaruh dalam pengawetan selai dimana cara pengemasan yang baik dan benar, seperti vakum atupun menggunakan metode Modified Atmospheric Packaging (MAP) (Buckle et al., 2009).
KESIMPULAN

Pembuatan selai merupakan salah satu tehnik pengawetan dengan gula. Tujuan dari pembuatan selai adalah menghasilkan daya simpan produk lebih lama, mempunyai struktur dan tekstur tertentu seperti membentuk matriks gel tiga dimensi pada selai, dan menaikkan nilai jual sebagai bentuk diversifikasi produk. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembuatan selai adalah kematangan buah, suhu, penambahan pektin dari luar, gula, pH (keasaman) dan proses pemasakan. Parameter yang dilakukan pada praktikum pembuatan selai berupa aktivitas air, tekstur, warna, derajat brix, penampakan dan daya oles selai.
            Berdasarkan data hasil praktikum untuk aktivitas air penambahan gula yang terlalu banyak akan menyebabkan tekstur selai menjadi keras dan  kaku, sedangkan penambahan gula yang sedikit akan menyebabkan tekstur selai menjadi encer. Kematangan buah nenas juga berpengaruh terhadap tekstur selai, dimana buah nanas yang terlalu muda akan menghasilkan tekstur yang encer, sedangkan buah nanas yang terlalu matang akan menyebabkan buah menjadi kaku, sehingga daya oles dari selai akan tidak baik. Warna dari selai juga dipengaruhi dari kadar gula dan tingkat kematangan buah. Kadar gula yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses karamelisasi ketika dilakukan proses pemasakan, sehingga warna selai akan menjadi lebih gelap. apabila nanas yang digunakan terlalu tua atau terlalu muda maka warna yang dihasilkan akan terlalu gelap dan pucat, sehingga penampakan selai menjadi tidak menarik. Pada pembuatan selai dengan hasil yang baik dapat menggunakan nenas setengah matang dengan kadar gula 50%. Hasil selai memiliki tekstur tidak terlalu kental dan, Aw yang rendah dan memiliki daya oles yang cukup baik. Namun memiliki warna yang yang hal ini disebabkan waktu pemasakan selai yang terlalu lama.



DAFTAR PUSTAKA
Buckle, dkk 2009. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Fellows, P. 2008. Food Processing Technology Principles and Practices. Cambridge: Woodheed Publishing Limited
Herman, T.F. 2009. Pengaruh Tingkat Pencampuran Terung Pyrus (Cyphomandra betacea Sendt) dan Rumput Laut Dalam Pembuatan Selai Lembaran. Skripsi. Padang: Universitas Andalas
Syahrumsyah, dkk. 2010. Pengaruh Penambahan Karboksil Metil Selulosa (CMC) dan Tingkat Kematangan Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) Terhadap Mutu selai Nanas. Teknologi Hasil Pertanian. 6(1): 34-40
Tim TPC. 2012. Modul Pelatihan Pembuatan Jam. Bali: Universitas Udayana
Utomo, Febrian.2010. Tekper - Penggulaan. Medan: Universitas Sumatera Utara
Widyanto, P.S. dan A. Nelistya, 2009. Rosella Aneka Olahan, Khasiat dan Ramuan. Jakarta: Penebar Swadaya










DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Cahyadi M. 2010. Karbohidrat 2: Kemanisan, Pencoklatan, Reaksi Maillard. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Ikhwal, dkk. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pektin dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Selai Nanas Lembaran. Ilmu dan Teknologi Pangan. 2(4): 61-70.
Karseno, Setyarawi R. 2013. Karakteristik Selai Buah Pala: Pengaruh Proporsi Gula Pasir, Gula Kelapa dan Nenas. Pembangunan Pedesaan. 13(2): 147-155
Lisdiana, F. 2007. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta: Kanisius
Puspita C.P. 2012. Kualitas Fruitghurt Hasil Fermentasi Limbah Nanas (Ananas Comosus) dengan Penambahan Lactobacillus Bulgaricus Pada Konsentrasi yang berbeda. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Rahayu, 2008. Selai dan Jam (Jem) Buatan Sendiri. http://www.warintek.net. Diakses pada Rabu, 10 April 2017
Santo A. S. Siburian. 2015. Pengaruh Downtime Shalat Jumat Terhadap Mutu Produk Original Love Juice di PT Hale International, Bogor-Jawa Barat. Tugas Akhir. Bogor(ID)  Jurusan Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Diploma IPB
Seafast. 2012. Modul Pelatihan Pembuatan Jam. Bali: Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana
Sundari D, Koman. 2010. Formulasi Selai Pisang Raja Bulu dengan Tempe dan Daya Simpannya. PGM. 33(1): 93-101
Winarno, FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yulistiani, dkk. 2013. Peran Pektin dan Sukrosa Pada Selai Ubi Jalar Ungu. Jawa Timur: Universitas Pembangunan Nasional.




















No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Pengolahan Pangan Blansir

I. BLANSING A. Pre-lab 1.      Apa yang dimaksud dengan blansing ? Jelaskan pula tujuan blansin...