Pengolahan Pangan dan Ilmu Pangan

Sunday, July 23, 2017

Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan Penepungan

XI. PENEPUNGAN

A.  Pre-lab
1.     Apa yang dimaksud dengan penepungan?
Penepungan adalah suatu proses memperkecil ukuran bahan menggunakan metode penggilingan dan pengeringan. Tepung memiliki kadar air yang rendah sehingga daya awetnya tinggi. Proses penggilingan pada proses penepungan disebabkan oleh bahan yang ditekan dengan gaya mekanis dari alat penggiling. Hasil tepung pada proses penggilingan diikuti dengan permukaan bahan dan energi yang dkeluarkan sangat dipengarui oleh kekerasan bahan dan kecenderungan bahan untuk dihancurkan (Koswara S,2013).

2.     Apa tujuan penepungan?
Tujuan dilakukan penepungan antara lain:
a.    Meningkatkan daya simpan (Apriyance, 2012).
b.    Memperkaya zat gizi (Apriyance, 2012).
c.    Meningkatkan citarasa (Apriyance, 2012).
Sedangkan menurut Santosa, dkk. (2014), penepungan bertujuan untuk mencegah timbulnya kerussakan bahan yang bersifat fisik maupun kimia serta memperluas bidang permukaan sehingga tepung tersebut dapat diolah menjadi produk selanjutnya yang memiliki aroma dan cita rasa bahan tertentu.

3.     Ada berapa jenis mesin pengecil ukuran berdasarkan kehalusan partikel yang dihasilkan? Sebutkan!
Menurut Alilani (2014) jenis mesin berdasarkan kehalusan partikel terbagi menjadi empat, yaitu;
a.  Crusher (mesin pemecah)
b.  Grinder (mesin giling)
c.  Ultrafine Grinder (mesin giling ultra halus)
d.  Cutting mechine (mesin pemotong)

4.     Apa perbedaan dari masing-masing mesin tersebut?
      Menurut Menurut Alilani (2014) perbedaan dari tiap mesin adalah:
a.      Crusher (mesin pemecah): bertugas sebagai pemecahan bongkahan besar menjadi kepingan yang kecil. Crusher dibagi menjadi dua yaitu, primary crusher dan secondary crusher. Primary crusher digunakan untuk mengerjakan bahan mentah hasil tambang berukuran 6-10 inchidari, sedangkan secondary crusher bertugas memecah lagi kepingan-kepingan pemecah primer menjadi ¼ inchi.
b.      Grinder (mesin giling): bertugas untuk memperkecil ukuran hingga berbentuk serbuk. Hasil pemecahan grinder lolos dari ayakan 40 mesh. Kebanyakan hasil penggiling halus (fine grinder) akan lolos dari ayanak 40 mesh.
c.      Ultrafine Grinder (mesin giling ultra halus): mesin ini menampung pratikel umpan yang lebih besar ¼ inchi dan hasilnya bisa berukuran 1-50 .
d.      Cutting mechine (mesin pemotong): menghasilkan partikel atau material yang mempunyai ukuran dan bentuk tertentu dengan panjang 2 hingga 10 .
5.     Apa yang dimaksud dengan rendemen? bagaimana cara menghitungnya?
Rendemen adalah jumlah kilogram produk yang terbentuk dari setiap kilogram bahan         yang diperoleh atau dapat juga dikatakan jumlah produk yang diperoleh dari setiap bahan (Nuron dan W.Hadi, 2014).
Cara Menghitung rendemen menurut Hafiz I (2008) adalah:

Rendemen =











 ANALISA PROSEDUR
Hal yang pertama dilakukan sebelum memulai praktikum yaitu menyiapkan alat dan bahan. Peralatan yang dibutuhkan untuk praktikum ini adalah cabinet drying untuk mengeringkan bahan penepungan, disc mill alat untuk menepungkan bahan, sieve no. 40 untuk mengayak bahan tepung / analisa size distribution index dengan ukuran 40 mesh, sieve no. 60 untuk mengayak bahan tepung / analisa size distribution index dengan ukuran 60 mesh, sieve no. 80 untuk mengayak bahan tepung / analisa size distribution index dengan ukuran 80 mesh, sieve no. 100 untuk mengayak bahan tepung / analisa size distribution index dengan ukuran 100 mesh, color reader untuk mengukur warna bahan, timbangan analitik untuk menimbang bahan, hygrometer untuk mengukur Aw, oven untuk mengeringkan bahan uji kadar air, desikator untuk mendinginkan bahan uji kadar air, beaker glass untuk tempat mengukur Aw, baskom untuk tempat bahan, kuas untuk membantu pada proses pengayakan pada sieve, toples untuk menyimpan bahan penepungan, dan cawan sebagai wadah bahan kadar air. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beras kepala, jagung, kacang hijau, plastik untuk analisa berat, hasil penimbangan bahan, dan warna.
Menyiapkan bahan dengan membersihkan bahan dari kotoran – kotoran, lalu bahan masing – masing ditempatkan dalam tray cabinet drying, dimasukkan dlaam cabinet drying dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 1 jam. Kemudian bahan dikeluarkan dari cabinet drying dan dipindahkan ke dalam masing – masing baskom. Setelah itu dilakukan penimbangkan bahan awal (yang wadahnya sudah diketahui beratnya). Selanjutnya dilakukan proses penepungan dengan menggunakan alat disc mill yang sebelummnya alat ini sudah diset dengan saringan sebesar 80 mesh dan sudah diatur feeding rate nya. Lalu bahan dimasukkan secara perlahan – lahan ke dalam  feed (tempat pemasukkan bahan), hasil penepungan akan ditampung di dalam karung penampung tepung bahan, ini dilakukan sampai bahan dalam baskom habis. Lalu sampel di dalam karung penepungan dipindahkan ke dalam baskom, kemudian ditimbang beratnya (dengan wadah yang sudah diketahui beratnya) dan dipindahkan hasil penepungan tersebut ke dalam toples (wadah tertutup). Setelah itu dilakukan analisa, yaitu pengukuran size distribution index tepung dengan menggunakan sieve beberapa ukuran (40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, 100 mesh), warna dengan color reader, kadar air dengan gravimetri (menggunakan oven), Aw dengan hygrometer, dan rendemen. Untuk pengukuran analisa size distribution index ditimbang bahan sebanyak 200 gram, lalu pertama dimasukkan ke dalam sieve no.40 dan dilakukan proses pengayakan dengan bantuan kuas bersih, maksimal proses pengayakan dilakukan selama 15 menit dan ditimbang berat bahan yang tidak lolos ayakan (masih tertinggal di dalam sieve) pada timbangan analitik dan dicatat hasil timbangan pada data hasil praktikum. Kemudian hasil ayakan dari sieve no.40 dilakukan pengayakan kembali ke dalam  sieve no.60 dengan bantuan kuas bersih, maksimal proses pengayakan dilakukan selama 15 menit dan ditimbang berat bahan yang tidak lolos ayakan (masih tertinggal di dalam sieve) pada timbangan analitik dan dicatat hasil timbangan pada data hasil praktikum. Kemudian hasil ayakan dari sieve no.60 dilakukan pengayakan kembali ke dalam  sieve no.80 dengan bantuan kuas bersih, maksimal proses pengayakan dilakukan selama 15 menit dan ditimbang berat bahan yang tidak lolos ayakan (masih tertinggal di dalam sieve) pada timbangan analitik dan dicatat hasil timbangan pada data hasil praktikum. Kemudian hasil ayakan dari sieve no.80 dilakukan pengayakan kembali ke dalam  sieve no.100 dengan bantuan kuas bersih, maksimal proses pengayakan dilakukan selama 15 menit dan ditimbang berat bahan yang tidak lolos ayakan (masih tertinggal di dalam sieve) pada timbangan analitik dan dicatat hasil timbangan pada data hasil praktikum. Kemudian dihitung %m yang didapatkan pada sieve dengan berbagai ukuran.
Selanjutnya dilakukan analisa kadar air dengan menimbang sampel sebanyak 2 gram, lalu sampel dipindahkan ke dalam cawan dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Setelah 3 jam, bahan dikeluarkan dari dalam oven dan dimasukkan ke dalam desikator untuk pendinginan selama 10 menit, lalu bahan ditimbang dan dicatat hasilnya dalam data hasil praktikum. Kemudian bahan dikeringkan kembali ke dalam oven pada suhu 105oC selama 330 menit. Setelah 30 menit, bahan dikeluarkan dari dalam oven dan dimasukkan ke dalam desikator untuk pendinginan selama 10 menit, lalu bahan ditimbang dan dicatat hasilnya dalam data hasil praktikum.
Selanjutnya dilakukan analisa Aw dengan menimbang bahan sebanyak 8 gram dan ditempatkan dalam beaker glass lalu dimasukkan ke dalam toples bertutup, lalu diatasnya ditaruh hygrometer, tutup toplesnya dan dihitung selama 10 menit dalam keadaan kedap udara, dan dicatat hasilnya dalam data hasil praktikum. Setelah itu, bahan yang dipakai untuk uji Aw dilanjutkan untuk analisa warna dengan color reader dan dicatat hasilnya dalam data hasil praktikum. Untuk analisa rendemen yaitu perbandingan berat tepung dengan berat bahan sebelum digiling, lalu dilakukan perhitungan dan dicatat hasilnya dalam data hasil praktikum.






DAFTAR PUSTAKA

Ailani, Choirida. 2014. Reduksi dan Pengayakan Tepung Ubi Jalar Menggunakan Pengayak Goyang (Shaker Screen) Dengan Variabel Ukuran Partikel Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kue Tradisional. Semarang: Universitas Dipenogoro
Apriyance, P. 2012. Teknologi Pengolahan Pengeringan dan Penepungan Tepung Singkong. Bandung: Universitas Pasundan
Hafiz, Ikhwan. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan. Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara
Koswara S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 1: Pengolahan Umbi Talas. Bogor: SEAFAST IPB
Nuron F, dan W.Hadi. 2014. Pembuatan Tepung Mocaf di Madura (Kajian Varietas dan Lokasi Penanaman) Terhadap Mutu dan Rendemen. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(3): 161-169
Santosa, dkk. 2014. Pengaruh Perlakuan Pembuatan Tepung Biji Nangka Terhadap Kualitas Cookies Lidah Kucing Tepung Biji Nangka. Teknologi dan Kejuruan. 37(2): 167-178































DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Apriliyanti T. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas blackie) dengan Variasi Proses Pengeringan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3727-1995. Syarat Mutu Tepung Jagung. Jakarta: BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1994. SNI 01-3451-1994. Syarat Mutu Tepung Tapioka. Jakarta: BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 3751:2009. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Jakarta: BSN
Claudia, Ricca, Teti Estiasih, Dian Widya Ningtyas, Endrika Widyastuti. 2015. Pengembangan Biskuit dari Tepung Ubi Jalar Oranye (Ipomoea Batatas L.) dan Tepung Jagung (Zea Mays) Fermentasi: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Volume 3 (4): 1589-1595
Djami. 2007. Produksi dan Pengolahan Ubi Jalar Ungu. Lampung: Universitas Lampung
Herawati, H. 2009. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna sebagai Pangan Fungsional. Bukit Tegalepek: BPTP
Hindom, GV. 2013. Kualitas flakes talas belitung dan kecambah kedelai (glycine max (l.) Merill) dengan variasi maltodekstrin. Depok: UAJY
Maflahah, Iffan. 2010. Analisis Proses Pembuatan Pati Jagung (Maizena) Berbasis Neraca Massa. Jurnal Embryo volume 7 (1): 40-45
Maharani, 2012.Pengecilan Ukuran Partikel/Kominusi (Size Reduction) dan Alat-alatnya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Rahman, Adie Muhammad. 2007. Mempelajari Karakteristik Kimia dan Fisik Tepung Tapioka dan Mocal (Modified Cassava Flour) Sebagai Penyalut Kacang pada Produk Kacang Salut. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Simamora, Aprilia SKY. 2014. Pengaruh Lama Pengeringan Kentang dan Perbandingan Tepung Terigu dan Tepung Kentang Terhadap Mutu Cookies Kentang. Medan: Universitas Sumatera Utara
Sudiono, Yon, AD Saniati. 2013. Kajian Sifat Organoleptik Mie Berbahan Dasar Tepung Jagung (Zea Mays L.) Ternikstamalisasi. Lampung: Universitas Lampung
Utami T. 2014. Pengeringan Gabah Kering. Semarang: Universitas Diponegoro
Widatmoko RB dan Teti Estiasih. 2015. Karakteristik Fisikokimia Dan Organoleptik Mie Kering Berbasis  Tepung Ubi Jalar Ungu Pada Berbagai Tingkat Penambahan Gluten. Jurnal Pangan dan Agroindustri  3 (4): 1386-1392




















No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Pengolahan Pangan Blansir

I. BLANSING A. Pre-lab 1.      Apa yang dimaksud dengan blansing ? Jelaskan pula tujuan blansin...