Pengolahan Pangan dan Ilmu Pangan

Sunday, June 25, 2017

Laporan Pembuatan Jus (Teknologi Pengolahan Pangan)

XIV. PEMBUATAN JUS
  1. Pre-lab
1.     Apa yang dimaksud dengan jus?
Jus adalah minuman sari buah segar jenis jajanan dengan bahan dasar dari buah-buahan yang banyak dikomsumsi oleh masyarakat luas karena kandungan gizi dan vitaminya yang sangat baik bagi kesehatan. Buah segar jenis jajanan yang diproduksi tanpa pengolahan pemasakan/pemanasan, buah segar dibersihkan dengan air bersih (air mengalir), dipotong-potong, diblender (dihaluskan) dengan menambahkan air dan gula (Situmorang, 2013).

2.     Apa perbedaan jus dengan puree?
Menurut Koswara, S (2009), Jus adalah minuman yang dapat langsung dikonsumsi serta terdapat tambahan air. Jus berbentuk cair, konsentrasi lebih rendah.
Puree adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sari buah atau yang lainnya. Puree atau bubur buah dibuat dari buah yang sudah matang penuh. Puree mempunyai warna dan aroma yang menarik. Puree berasal dari buah yang sudah matang kemudian dikupas dan dihancurkan menjadi bubur atau pasta. Puree tidak ada tambahan air seperti halnya jus. Bubur buah ini selanjutnya disimpan beku (Santo, 2015).
Perbedaan antara jus dengan puree adalah dari proses pengolahannya, pada pengolahan jus dilalui beberapa proses yaitu (Situmorang, 2013):
1)    Pemilihan
Memilih buah yang masih segar, tidak kusam, kulit tampak tidak keriput dan berwarna cerah.
2)    Pemotongan
Sebelum buah di kupas, buah dicuci terlebih dahulu dan dikupas dengan pisau yang bersih, lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah penghalusan buah.
3)    Penghalusan
Buah dihaluskan dengan blender atau juicer dengan menambahkan air yang matang dan gula sebagai pemanis secukupnya.
4)    Penyajian
Buah yang sudah halus disaring, ampas dan sarinya di pisahkan. Lalu disajikan dalam wadaj yang bersih.
     Sedangkan proses pembuatan puree adalah sebagai berikut (Masnun, 2015):
1)    Sortasi buah
Sortasi buah bertujuan untuk memilih buah yang seragam tingkat kematangannya. Buah dipilih yang bebas dari luka mekanis (memar atau luka) maupun rusak mikrobiologis (busuk).
2)    Pencucian
Buah dicuci dengan air bersih atau air yang mengandung khlorin 10 ml/l. Untuk skala besar (100 kg) pencucian dapat dilakukan menggunakan alat pencuci buah.
3)    Pengupasan dan pembuburan
Buah kemudian dikupas hingga bersih, selanjutnya daging buah dihancurkan menjadi bubur menggunakan blender, sedangkan untuk skala yang lebih besar (>10 kg) menggunakan mesin pulper yang digerakkan oleh motor listrik. Kemudian volume bubur ditera (ada beberapa liter).
4)    Penambahan bahan pengawet
Untuk penyimpanan beku bubur buah ditambah dengan asam sitrat dan pH diatur 3-3,5. Bubur buah ditambah pengawet kalium sorbat. Penambahan bahan pengawet paling banyak 500 ppm atau 500 mg/liter bubur buah untuk konsumsi langsung.
5)    Pemanasan
Bubur selanjutnya diaduk sampai semua tercampur, dan dipanaskan pada suhu 80°C. Pemanasan dilakukan agar dapat mematikan sebagian mikroba yang dapat merusak produk.

3.     Ada berapa jenis istilah jus? Sebutkan!
·         100% jus murni (pure juice): jus murni 100% adalah jus yang yang dihasilkan dari ekstrak buah segar, bukan dari konsentrat buah (Chrinstine F, 2015).
·         Jus dari Konsentrat (concentrated juice): konsentrat adalah produk hasil dari pengentalan sari buah hingga mencapai konsistensi yang kental. Jus yag terbuat dari konsentrat merupakan us yang dibuat dari konsentrat buah serta diberi tambahan air dan dilakukan pemasakan atau pemanasan (Kadarsiman et all, 2010).
·         Minuman jus (jus drink): minuman ringan yang terbuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Minuman jus ini mengandung jus buah 10-20% dan biasanya minuman jus ini sudah dalam kondisi siap minum (Chrinstine F, 2015).
·         Fruit punch: minuman yang dibuat dengan jus buah dan campuran buah-buahan. Fruit punch ini mengandung jus buah yang kurang dari 1% (Chrinstine F, 2015).

4.     Jelaskan secara singkat proses pembuatan jus!
 Pengolahan jus dilalui beberapa proses yaitu (Situmorang, 2013):
1)    Pemilihan
Memilih buah yang masih segar, tidak kusam, kulit tampak tidak keriput dan berwarna cerah.
2)    Pemotongan
Sebelum buah di kupas, buah dicuci terlebih dahulu dan dikupas dengan pisau yang bersih, lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah penghalusan buah.
3)    Penghalusan
Buah dihaluskan dengan blender atau juicer dengan menambahkan air yang matang dan gula sebagai pemanis secukupnya.
4)    Penyajian
Buah yang sudah halus disaring, ampas dan sarinya di pisahkan. Lalu disajikan dalam wadah yang bersih.

5.     Bagaimana cara yang dilakukan untuk memalsukan jus buah?
Cara memalsukan jus dapat dengan cara ditambahkan air dengan proporsi yang banyak, sehingga konsentrasi buah menjadi sangat rendah. Penggunaan pewarna yang tidak diizinkan atau penggunaan pewarna yang berlebihan untuk menutupi kurangnya konsentrat, menggunakan gula yang lebih murah atau pemanis buatan sehingga kualitas dari jus tidak baik, menggunakan flavour atau perisa yang berlebih untuk memberikan kesan rasa buah didalam minuman jus buatan (Santo, 2015).



C. Tinjauan Pustaka

·         Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawetyang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa asam pada makanan dan minuman ringan. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH. Sehingga pada saat seitrat ditambahkan pada minuman jus buah maka pH jus buah akan menjadi asam dan kondisi yang asam pada jus buah dapat meningkatkan umur simpan dari produk karena tidak ada mikroorganisme yang berkembang didalamnya (Hakim, 2012).
Asam sitrat banyak digunakan dalam industri yang berkaitan dengan pangan, seperti minuman sari buah, permen, selai, buah-buahan yang diawetkan. Asam sitrat memiliki fungsi seperti dapat menstabilkan warna makanan, mengurangi kekeruhan, mengubah sifat mudah mencair atau meningkatkan pembentukan gel. Asam sitrat digunakan pada minuman selain berfungsi sebagai pengasam juga berfungsi untuk mengikat logam yang dapat mengkatalisis komponen cita rasa atau warna (Heliana N, 2009).

·         Gula
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan keadaa makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisi asam) menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis (Heliana N, 2009).
Gula merupakan bahan tambahan makanan yang digunakan untuk berbagai macam makanan dan minuman. Selain memberikan rasa manis, gula dalam konsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Konsentrasi gula yang tinggi (sampai 70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk (Estiasin dan Ahmadi, 2014). Penambahan gula pada pembuatan jus bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat tersebut yang menjadi tujuan utama sehingga sangat penting. Gula juga bersifat menyempurnakan rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Konsentrasi gula yang diberikan pada minuman juga berpengaruh terhadap konsentrasi akhir produk (Heliana N, 2009).









B.  Pengamatan dan Pembahasan
1.   1. Viskositas(Encer / Tidak encer)
No
Jus Buah
Viskositas
Setelah Ekstraksi
Setelah pembuatan jus
Setelah disimpan
 2 hari
1
Tomat
Encer
Lebih encer
Lebih encer

2.   2. pH(Sedang diusahakan menggunakan indikator universal)
No
Jus Buah
pH
Setelah Ekstraksi
Setelah pembuatan jus
Setelah disimpan
2 hari
1
Tomat
4
4.5
4

3. Total Padatan Terlarut(pake refraktometer)
No
Jus Buah
oBrix
Setelah Ekstraksi
Setelah pembuatan jus
Setelah disimpan
2 hari
1
Tomat
1.8
10
10

4. Warna (pake Color reader)
No
Jus Buah
Warna
Setelah Ekstraksi
Setelah pembuatan jus
Setelah disimpan 2 hari
L
a
b
L
a
b
L
a
b
1
Tomat
34.3
+9.63
+6.40
30.7
+4.03
+6.23
33.86
+4.96
+6.73

5. Penampakan visual
No
Jus Buah
Penampakan visual
Setelah Ekstraksi
Setelah pembuatan jus
Setelah disimpan 2 hari
Endapan
Kejernihan
Endapan
Kejernihan
Endapan
Kejernihan
1
Tomat
Tidak ada
Tidak jernih (koloid)
Tidak ada
Lebih jernih
Terdapat endapan
Tidak jernih (ada koloid)

6. Analisa Sensori
No
Jus Buah
Penampakan visual
Setelah Ekstraksi
Setelah pembuatan jus
Setelah disimpan 2 hari
Rasa
Aroma
Warna
Rasa
Aroma
Warna
Rasa
Aroma
Warna
1
Tomat
Asam
Tomat segar
Merah
Manis sedikit asam
Aroma khas tomat berkurang
Merah lebih pucat
Manis dan sedikit asam
Khas tomat makin berkurang
Merah lebih pudar

Pertanyaan!
1.   Jelaskan perbedaan antara puree dengan jus? berikan contohnya!
Menurut Koswara, S (2009), jus adalah minuman yang dapat langsung dikonsumsi serta terdapat tambahan air. Jus berbentuk cair, konsentrasi lebih rendah. Menurut (Dewandari dkk, 2009)  jus merupakan ekstrak atau cairan yang terdapat secara alami dalam buah-buahan yang diperoleh dengan proses ekstraksi dari buah lain. Jus buah merupakan bentuk minuman sari buah yang diperoleh dari proses pemerasan (mesin juicer) tanpa ampas yang merupakan satu cara olahan buah yang dilakukan agar penampilan dan cita rasanya menjadi lebih menarik (Situmorang, 2013). Jus buah berasal dari buah segar jenis jajanan yang diproduksi tanpa pengolahan pemasakan/ pemanasan, buah segar dibersihkan dengan air bersih (air mengalir), dipotong-potong, diblender (dihaluskan) dengan menambahkan air dan gula. Jus bukan merupakan produk antara sehingga jus dapat langsung dikonsumsi. Contoh: jus apel, jus sirsak, dan jus pisang.
Puree adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sari buah atau yang lainnya. Puree atau bubur buah dibuat dari buah yang sudah matang penuh. Puree mempunyai warna dan aroma yang menarik. Puree berasal dari buah yang sudah matang kemudian dikupas dan dihancurkan menjadi bubur atau pasta. Puree tidak ada tambahan air seperti halnya jus. Bubur buah ini selanjutnya disimpan beku (Santo, 2015). Menurut (Dewandari dkk, 2009) puree adalah produk antara yang dapat diolah lebih lanjut menjadi aneka produk makanan dan minuman seperti jus, jelly, dodol dan es krim. Contoh: puree tomat, puree jambu, dan puree manga.
Perbedaan antara jus dengan puree adalah dari proses pengolahannya, pada pengolahan jus dilalui beberapa proses yaitu (Situmorang, 2013):
1. Pemilihan : Memilih buah yang masih segar, tidak kusam, kulit tampak tidak keriput dan berwarna cerah.
2. Pemotongan :Sebelum buah di kupas, buah dicuci terlebih dahulu dan dikupas dengan pisau yang bersih, lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah penghalusan buah.
3. Penghalusan: Buah dihaluskan dengan blender atau juicer dengan menambahkan air yang matang dan gula sebagai pemanis secukupnya.
4. Penyajian: Buah yang sudah halus disaring, ampas dan sarinya di pisahkan. Lalu disajikan dalam wadah yang bersih.
Sedangkan proses pembuatan puree adalah sebagai berikut (Masnun, 2015):
1. Sortasi buah: Sortasi buah bertujuan untuk memilih buah yang seragam tingkat kematangannya. Buah dipilih yang bebas dari luka mekanis (memar atau luka) maupun rusak mikrobiologis (busuk).
2. Pencucian: Buah dicuci dengan air bersih atau air yang mengandung khlorin 10 ml/l. Untuk skala besar (100 kg) pencucian dapat dilakukan menggunakan alat pencuci buah.
3. Pengupasan dan pembuburan: Buah kemudian dikupas hingga bersih, selanjutnya daging buah dihancurkan menjadi bubur menggunakan blender, sedangkan untuk skala yang lebih besar (>10 kg) menggunakan mesin pulper yang digerakkan oleh motor listrik. Kemudian volume bubur ditera (ada beberapa liter).
4. Penambahan bahan pengawet: Untuk penyimpanan beku bubur buah ditambah dengan asam sitrat dan pH diatur 3-3,5. Bubur buah ditambah pengawet kalium sorbat. Penambahan bahan pengawet paling banyak 500 ppm atau 500 mg/liter bubur buah untuk konsumsi langsung.
5. Pemanasan: Bubur selanjutnya diaduk sampai semua tercampur, dan dipanaskan pada suhu 80°C. Pemanasan dilakukan agar dapat mematikan sebagian mikroba yang dapat merusak produk.


2.   Sebutkan dan jelaskan klasifikasi jenis jus! berikan contohnya!
1. 100% jus murni (pure juice): jus murni 100% adalah jus yang yang dihasilkan dari ekstrak buah segar, bukan dari konsentrat buah (Chrinstine F, 2015). Contoh: jus mangga, jus alpukat, jus sirsak (siap untuk dikonsumsi secara langsung)
2. Jus dari Konsentrat (concentrated juice): konsentrat adalah produk hasil dari pengentalan sari buah hingga mencapai konsistensi yang kental (Kadarsiman et all, 2010).
Contoh: love juice ”pomegranat”, minute maid ”pulpy orange” (jus yang dikemas dalam kemasan botol dan tetrapack)
3. Minuman jus (jus drink): minuman ringan yang terbuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Minuman jus ini mengandung jus buah 10-20% dan biasanya minuman jus ini sudah dalam kondisi siap minum (Chrinstine F, 2015).
Contoh: buavita, country choice (jus dalam kemasan tetrapack dengan tambahan air)
4. Fruit punch: minuman yang dibuat dengan jus buah dan campuran buah-buahan. Fruit punch ini mengandung jus buah yang kurang dari 1% (Chrinstine F, 2015).
Contoh: dari fruit punch ini adalah punch jeruk, dimana pada punch jeruk tersebut berisi campuran soda, es batu, dan perisa jeruk serta tambahan bahan lainnya.
5. Dehydrated/powdered fruit juice, adalah produk hasil pengeringan jus buah, di mana seluruh air yang ada pada jus buah telah diuapkan. Produk ini berbentuk bubuk atau serbuk dan sebelum dikonsumsi perlu ditambahkan air. Contoh: minuman serbuk buah jambu, minuman serbuk buah apel, minuman serbuk buah sirsak (Rahmawati ,2008).

3.   Mengapa perlu dilakukan blansing sebelum proses ekstraksi buah menjadi jus? Apa kemungkinan yang terjadi jika tidak dilakukan proses blansing !
Fungsi dari blansing adalah untuk menginaktivasi enzim yang dapat menyebabkan kualitas bahan, terutama bahan pangan segar yang mudah mengalami kerusakan akibat aktivasi enzim yang tinggi. Apabila buah yang akan diolah mengalami penundaan maka akan terjadi perubahan akibat aktivitas enzim. Beberapa enzim oksidatif yang menjadi inaktif pada proses blansing adalah peroksidase, katalase, polifenol oksidase, lipoksigenase, dan lain-lain. Salah satunya adalah enzim polifenolase yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi terhadap senyawa fenol yang mengakibatkan pembentukan warna cokelat yang tidak dikehendaki karena merusak penampilan produk dan tidak disukai. Sehingga sebelum ekstraksi buah harus dilakukan blansing terlebih dahulu untuk menjaga kualitas dari produk akhir. Apabila produk tidak di blansing maka produk memiliki kualitas yang dibawah standar, salah satunya adalah pada warna produk menjadi tidak cerah. blansing juga berfungsi untuk mengurangi jumlah mikoorganisme awal (Hapsari dan Estiasih, 2015).

4.   Bagaimana perbedaan pH jus setelah ekstraksi, setelah pembuatan jus dan setelah disimpan 2 hari? Jelaskan!
Perbedaan pH terjadi pada proses setelah filling/ setelah pembuatan jus  selanjutnya terjadi perubahan pH selama penyimpanan jus selama 2 hari pada suhu refrigerator. Pada jus setelah ekstraksi memiliki pH 4 dan setelah filling jus buah memiliki pH 4,5. Jus buah yang disimpan selama 2 hari pada suhu suhu refrigerator berbeda dengan pH setelah filling yaitu 4. Perubahan pH yang awalnya setelah ekstraksi 4 dan setelah filling menjadi menjadi 4.5 disebabkan kecenderungan kenaikan pH produk semakin meningkatnya suhu pasteurisasi, karena adanya pengaruh panas yang diberikan sehingga mengakibatkan kehilangan beberapa zat gizi terutama zat-zat yang labil terhadap panas seperti asam-asam organik, salah satunya adalah kandungan asam sitrat, asam askorbat, serta asam-asam lain (Khurniyati dkk , 2015). Sedangkan pada proses flling/setelah pembuatan jus dan proses penyimpanan juga terjadi perubahan pH, yaitu penurunan dari 4.5 menjadi 4. Perubahan pH (kimiawi) dapat terjadi karena merupakan indikasi adanya kerusakan awal pada produk. Beberapa faktor yang mempengangaruhi penurunan tersebut, diantaranya suhu penyimpanan, Buah yang memiliki kadar pH yang rendah akan menghasilkan daya awet yang lebih lama dibandingkan dengan buah yang memiliki kandungan pH lebih tinggi (Silaban dkk, 2013). Produk jus tomat yang dihasilkan memiliki pH yang rendah yaitu 4,5. Namun, penurunan pH produk dapat tidak teralalu signifikan, karena mikroba umumnya tidak dapat tumbuh/terhambat pada pH produk <4.6. mikroba perusak yang umumnya terdapat pada jus dan sirup buah adalah kapang dan khamir (Nurwitri CC dan Winiati P, 2012).

5.   Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimana perbedaan viskositas jus setelah ekstraksi, setelah pembuatan jus dan setelah disimpan 2 hari?Jelaskan!
Viskositas jus jambu dilihat secara sensori. Viskositas setelah ekstraksi encer namun setelah setelah proses filling/setelah pembuatan jus viskositas sedikit meningkat menjadi lebih encer. Setelah penyimpanan selama 2 hari pada suhu rrefrigerator, viskositas terlihat masih sama seperti pada saat setelah filling. Hal tersebut disebabkan pada saat pemisahan filtrat, filtrat yang dihasilkan jumlahnya sangat sedikit sehingga dibuat pengenceran dengan penambahan air pada saat di mixing. Penambahan air menyebabkan viskositas dari proses-proses tersebut menjadi encer.  Menurut Afrianti LH dkk (2014) perubahan viskositas terjadi karena semakin  banyak  jumlah  air  yang  ditambahkan  terhadap ekstrak buah  maka  viskositas produk akan semakin kecil dan begitupun sebaliknya,  semakin sedikit air yang ditambahkan  terhadap  ekstrak  maka  viskositasnya  pun akan semakin tinggi.

6.   Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimana perbedaan warna jus setelah ekstraksi, setelah pembuatan jus dan setelah disimpan 5 hari?Jelaskan!
`      Berdasarkan praktikum setelah ekstraksi, jus memiliki warna L = 34,3; a = +9,63; b = +6,46. Sedangkan pada saat filling/setelah pembuatan jus mengalami penurunan kecerahan yaitu menjadi L = 30,7; a = +4,03; b = 6,23. Kemudian dilakukan penyimpanan selama 2 hari. Pada suhu refrigerator, kecerahan jus meningkat L = 33.86; a = +4,96; b = +6,73. Penurunan kecerahan setelah pembuatan jus tersebut disebabkan karena pada saat pemisahan filtrat, filtrat yang dihasilkan dalam jumlah yang sedikit sehingga dibuat pengenceran dengan penambahan air pada saat di mixing. Penambahan air menyebabkan warna jus menjadi turun tingkat kecerahannya. Pada pengukuran color reader nilai b (positif) menunjukkan intensitas warna merah pada buah tomat. Nilai b yang besar menunjukan bahwa warna merah pada daging buah mendominasi. Namun pada saat percobaan, nilai b yang dihasilkan kecil dan kecerahan yang dihasilkan tinggi sehingga warna jus menjadi pucat. Penyimpanan pada suhu refrigerator memiliki warna yang lebih pucat. Warna pada bahan pangan berasal dari pigmen, suatu senyawa fitokimia yang terdapat pada berbagai tumbuhan. Pada tomat senyawa atau pigmen pembentuk warnanya adalah likopen (Raharja dkk, 2014). Perubahan warna yang memucat menandakan terjadinya degradasi pigmen. Nilai yang didapat tersebut menandakan bahwa warna produk merah dan stabilitas warna tidak dapat dipertahankan (Raharja dkk, 2014).

7.   Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimana perbedaan total padatan terlarut jus setelah ekstraksi, setelah pembuatan jus dan setelah disimpan 5 hari? Jelaskan dan bandingkan dengan standar!
Total padatan terlarut (TPT) setelah proses ekstraksi adalah 1,8°Brix dan terjadi peningkatan TPT setelah proses filling/setelah pembuatan jus menjadi 10°Brix. Pengukuran dilakukan kembali setelah penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator yaitu tidak terjadi perubahan tetap 10°Brix. Total padatan terlarut disebut juga kadar gula. Total padatan terlarut digunakan untuk mengetahui mutu fisik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Semakin tinggi persentase buah tomat dan komponen tambahannya seperti gula maka total padatan terlarut semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa sederhana pada tomat seperti sukrosa dan sakarida lain sebesar 10-20% yang mudah larut dalam air. Semakin banyak partikel yang terikat oleh pengikat seperti gula maka partikel akan terperangkap dan tidak mengendap (Afrianti LH dkk , 2014).

8.   Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimana perbedaan penampakan visual jus setelah ekstraksi, setelah pembuatan jus dan setelah disimpan 2 hari?Jelaskan!
Berdasarkan hasil praktikum, pada parameter endapan setelah ekstraksi tidak terdapat endapan dan tidak jernih (terdapat koloid). Sedangkan setelah filling/setelah pembuatan jus juga tidak terdapat endapan dan lebih jernih. Setelah penyimpanan selama 2 hari didapatkan pada suhu refrigerator ada endapan dan tidak jernih serta terbentuk koloid, yaitu partikel-partikel yang mengapung dan mengendap. Raharja (2014) menuturkan, sifat keruh pada jus menjadi kendala pada saat penyajian yaitu terjadinya pengendapan pada dasar atau permukaan wadah atau botol. Hal ini dapat terjadi karena bahan yang bersifat tidak larut penyebab kekeruhan jus atau sari buah akan mengendap/mengapung dalam waktu tertentu dan menjadikan kenampakan tidak menarik. Bahan bersifat tidak larut biasanya mempunyai ukuran partikel yang tidak seragam sehingga tidak akan terdispersi secara merata pada minuman dan mempunyai berat molekul (BM) yang tinggi sehingga akan cepat mengendap karena adanya gaya berat. Salah satu usaha yang dimungkinkan dapat mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengecilkan ukuran partikel untuk meningkatkan stabilitas suspense dan penambahan stabilizer, agar tidak terjadi pemisahan antara padatan dan cairan pada jus. Pengendapan menyebabkan bagian bawah dari minuman tersebut terlihat lebih kental dari bagian atasnya. Apabila proses pengendapan terus berlanjut akan mengakibatkan bagian atas menjadi bening. Semakin ke bawah semakin kental dan semakin keruh penampakannya.
Berdasarkan hasi analisa sensoris rasa jus setelah ekstraksi asam, setelah pembuatan jus manis sedikit asam dan setelah disimpan selama 2 hari pada suhu refrigerator rasanya masih manis sedikit asam.  Menurut Apdila ET (2013) rasa asam pada tomat berasal dari asam sitrat dan asam malat yang secara alami terkandung dan bertanggung jawab terhadap rasa asam pada tomat.  Sedangkan rasa manis pada jus berasal kandungan fruktosa yang alami terdapat pada tomat (Apdila ET, 2013) dan tambahan gula pasir pada saat pre-mixing. Kemudian pada parameter aroma, setelah ekstraksi tomat masih beraroma tomat segar, setelah pembuatan jus aroma tomat mulai berkurang dan setelah penyimpanan selama 2 hari aroma tomat masih sama sudah mulai berkurang. Aroma buah tomat berasal dari berbagai senyawa organik, seperti asam  asetat,  format,  trans-asonitat,  laktak,  galakturonat,  dan  α-okso yang secara alami terdapat pada tomat. Senyawa – senyawa tersebut bersifat volatil, terlebih saat terkena pemberian panas maka senyawa-senyawa tersebut akan menguap (Apdila ET, 2013). Sedangkan pada parameter warna stelah ekstraksi filtrat tomat berwarna merah, setelah pembuatan jus warnanya menjadi merah agak pucat dan setelah penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator intensitas warnanya semakin menurun menjadi lebih pudar. Likopen adalah zat pigmen kuning tua   sampai merah tua yang bertanggung jawab  terhadap  warna merah  pada  tomat.  Senyawa yang bertanggung jawab terhadap warna jus tomat adalah likopen. Senyawa  yang  memiliki  daya antioksidan tinggi. Beberapa faktor yang menjadi latar belakang memudarnya warna pada jus tomat adalah proses pemanasan atau pasteurisasi pada jus dapat merusak senyawa likopen pada tomat, sehingga warna jus semakin memudar, suhu penyimpanan juga berpengaruh terhadap warna buah jus, semakin tinggi suhu penyimpanan maka semakin cepat memudar dan sebaliknya, penambahan air dimana penambahan air yang terlalu banyak akan banyak melarutkan senyawa-senyawa organik (Apdila ET, 2013).
Kesimpulan
Prinsip pembuatan jus adalah buah diekstraksi dengan metode pengepresan hingga didapatkan sari buah dengan adanya asam sitrat akan berikatan dengan pektin yang ada dalam sari buah membentuk viskositas tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan jus adalah kualitas bahan baku, nilai pH, perubahan warna jus, Total Soluble Solid (TSS), viskositas, dan suhu penyimpanan. Parameter yang dinilai pada pembuatan jus adalah viskositas, nilai pH, Total Padatan Terlarut (TPT), warna, dan penampakan visual (endapan dan kejernihan) dan analisa sensoris.
Hasil penilaian didapatkan pada jus setelah ekstraksi memiliki pH 4 dan setelah filling/setelah pembuatan jus buah memiliki pH 4,5. Jus buah yang disimpan selama 2 hari pada suhu refrigerator berbeda dengan pH setelah filling yaitu mengalami penurunan menjadi 4. Perbedaan pH terjadi pada proses setelah filling, selanjutnya  juga terjadi perubahan pH selama penyimpanan jus selama 2 hari pada suhu refrigerator menjadi 4.. Viskositas setelah ekstraksi encer, namun setelah proses filling/setelah pembuatan jus viskositas sedikit meningkat menjadi lebih encer. Setelah penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator, viskositas terlihat masih sama seperti pada saat setelah filling. Warna jus setelah ekstraksi, L = 34,3; a = +9,63; b = +6,46. Sedangkan pada saat filling/setelah pembuatan jus mengalami penurunan kecerahan yaitu menjadi L = 30,7; a = +4,03; b = 6,23. Kemudian dilakukan penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator, kecerahan jus meningkat menjadi L = 33.86; a = +4,96; b = +6,73. Nilai b (positif) menunjukkan intensitas warna merah pada buah jambu. Nilai b yang dihasilkan kecil dan kecerahan yang dihasilkan tinggi sehingga warna jus menjadi pucat. Total padatan terlarut (TPT) setelah proses ekstraksi adalah 1.8 °Brix dan terjadi peningkatan TPT setelah proses filling/setelah pembuatan jus yaitu 10 °Brix. Pengukuran dilakukan kembali setelah penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator yaitu tetap sebesar 10 °Brix. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa sederhana pada tomat seperti sukrosa dan sakarida lain sebesar 10-20% yang mudah larut dalam air dan penambahan gula pda proses premixing. Pada parameter endapan setelah ekstraksi tidak terdapat endapan, sedangkan setelah filling/setelah pembuatan jus juga tidak terdapat endapan. Penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator terdapat adanya endapan (koloid). Pada parameter kejernihan setelah dilakukan ekstraksi, jus sedikit keruh dan setelah filling/setelah pembuatan jus, jus menjadi lebih jernih. Selama penyimpanan 2 hari pada suhu refrigerator, jus keruh kembali.  Hasil analisa sensoris, untuk parameter rasa dari proses ekstraksi hingga penyimpanan di suhu refrigerator selama 2 hari rasa asam khas tomat semakin menurun. Pada parameter aroma , yang awalnya beraroma tomat segar setelah ekstraksi, kemudian menurun dan semakin berkurang aroma khas tomat setelah penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigertaor. Sedangkan, hasil analisa sensoris warna setelah ekstraksi semakin memudar hingga penyimpanan selama 2 hari pada suhu refrigerator. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan sensoris dari rasa, aroma dan warna adalah adanya penambahan air, proses pemanasan dan suhu penyimpanan yang kurang sesuai.




 DAFTAR PUSTAKA

Christine, Felica. 2015. Analisa Kandungan Vitamin C dan Natrium Benzoat Pada Minuman Sari Buah Secara Simultan Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet. Medan: Universitas Sumatera Utara
Hakim RA. 2012. Pengaruh Penambahan Asam Sitrat dan Gum Arab Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar Rosela. Medan: Universitas Sumatera Utara
Heliana, Niva. 2009. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Campuran Sari Buah (Markisa, Wortel, dan Jeruk) Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar. Medan: Universitas Sumatera Utara
Kadarisman, Darwin., et all. 2010. Mempelajari Perubahan Fisika dan Kimia Sari Buah Jeruk Siam (C. nobilis var microcarpa) dan Proses Pengurangan Rasa Pahit Dalam Pembuatan Konsentrat. Buletin Penelitian Ilmu dan Teknologi Pangan IV(1):61
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Sayuran dan Buah-Buahan (Teori dan Praktek). eBookPangan.com
Masnun. 2015. Teknologi Pembuatan Puree Mangga. Jambi: BPP
Santo A. S. Siburian. 2015. Pengaruh Downtime Istirahat Shalat Jumat Terhadap Mutu Produk Original Love Juice di PT HALE INTERNATINAL, Bogor-Jawa Barat. Tugas Akhir. Bogor (ID): Jurusan Supervisor Jaminan Mutu Pangan Program Diploma Institut Pertanian Bogor
Situmorang EV, 2013. Higiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Jus Buah Yang Dijual Di Jalan H. M. JHONI Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011. Medan: Universitas Sumatera Utara




DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Afrianti LH, Yusman Taufik, dan Hafni Gustianova. 2014. Karaktersitik Fisiko-Kimia Dan Sensorik Jus Ekstrak buah Salak (Salacca Edulis Reinw) Varietas Bongkok. Jurnal Teknologi Pangan Pansundan 1(1): 24-27
Apdila, ET. 2013. Pengaruh  Suhu  Pemanasan  Dan pH Terhadap  Aktivitas  Antioksidan Pada  Selai  Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill). Bandung: Universesitas Pendidikan Indonesia
Dewandari, KT, I Mulyawanti dan D Amiarsi. 2009. Pembekuan Cepat Puree Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. Jurnal Pascapanen vol. 6(1): 27-33
Hapsari, MDY dan Estiasih T. 2015. Variasi Proses dan Grade Apel (Malus sylvestris mill) Pada Pengolahan Minuman Sari Buah Apel: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(3): 939-949
Khurniyati, MI dan T Estiasih. 2015. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Kondisi Paseurisasi (Suhu dan Waktu) Terhadap Karakteristik Minuman Sari Apel Berbagai Varietas : Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Volume 3 (2): 523-529
Nurwitri, CC dan Winiati, P. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB Press
Raharja, S dan A Damayanti. 2014. Optimasi Penghambatan Pengendapan Jus Jambu Biji Merah dengan Metode Sonikasi. E-Jurnal Agroindustri Indonesia Volume 3 (1): 170-180
Rahmawati. 2008. Mendesain Jus Kaya Serat. [Dilihat pada tanggal 28 Mei 2016 pukul 21.40]. Tersedia pada:http://www.foodreview.co.id/login/preview.php?view&id=55741
Silaban, SD, E Prihastanti, dan E Saptiningsih. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Total Asam, Kadar Gula serta Kematangan Buah Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sent.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI (1): 55:63
























  







1 comment:

Laporan Praktikum Pengolahan Pangan Blansir

I. BLANSING A. Pre-lab 1.      Apa yang dimaksud dengan blansing ? Jelaskan pula tujuan blansin...